Sabtu, 20 Juni 2009

Kompetisi Abu-abu Maros 2009

Sudah lama aku ndak nulis2 di sini, aku mau nulis apa yang baru2 aku lakukan. Aku dan teman sesama gur baru-baru saja rapat untuk mengadakan acara dengan tajuk "KOMPETISI ABU-ABU MAROS 2009" yang berisikan acara perlombaan Olimpiade SAINS dan Festival Musik, Olahraga Se SMA Maros. Rapat di adakan di Rumah makan AROMA maros. HAsil RApat memberikan tanggung jawab kepada saya Arman Efendi sebagai ketua Panitia, Azis sebagai sekretaris, Ilham Hatta sebagai Bendahara, Paino S.Pd sebagai Kordinator Umum. InsyaAllah kegiatan ini diadakan pada bulan Agustus sekaligus dalam rangka memeriahkan 17 Agustus 2009. Doakna yah semoga berhasil....Amin ya Rabbal Alamin

SMA NEGERI 1 TANRALILI ..............

Senin, 15 Juni 2009

SEKOLAHKU SMA 1 TANRALILI 30% TDAK LULUS

Hari ini pengumuman hasil UAN di Sekolahku, Ternyata ada sekitar 30% siswa yang tidak lulus, namun dibalik ketidak lulusan tersebut, terbersit suatu kebanggaan bahwa ternyata tanpa bantuan sekalipun mereka bisa lulus, dan mungkin satu2nya di Sul-sel yang tidak dapat bantuan .Saya sangat berharap untuk tahun depan kelulusan bisa meningkat sampai 100% dan tanpa bantuan sedikitpun Amin.........

Minggu, 14 Juni 2009

Sepuluh Persen Peserta UN Tidak Lulus

Pengumuman Diumumkan Besok

Hasil ujian nasional (UN) untuk SMA, SMK, dan MA akan diumumkan Selasa, 16 Juni, besok. Hari ini, masing-masing sekolah baru menerima lembar pengumuman dari Dinas Pendidikan Kota Makassar.

Selanjutnya, pengumuman kelulusan dilakukan melalui media cetak. Seperti diungkap Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Muhammad Natsir Azis. "Kami minta jangan diumumkan di sekolah. Sebaiknya lewat media cetak yang ada di Makassar," kata Natsir, Minggu, 14 Juni.

Natsir meminta setiap sekolah mengumpulkan pengumuman itu di SMAN 1 selaku Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Makassar. "Nanti MKKS yang memasukkan pengumuman di media cetak. Kalau bisa bukan cuma SMA, tetapi SMK dan MA sebaiknya juga memasukkan pengumuman di media cetak," imbau dia.

Terkait persentase kelulusan, Natsir mengakui kemungkinan adanya penurunan menjadi 90 persen. Tahun lalu, persentase kelulusan di Makassar mencapai 93 persen. Sehingga, kata Natsir, 10 persen peserta UN dinyatakan tidak lulus. Untuk nilai rata-rata di bawah 5,50 memang langsung dinyatakan tidak lulus. Maksimal angka empat pun hanya satu.

Senin, 08 Juni 2009

Belajar Mengkritik dan Dikritik

Persoalan ini merupakan persolana sehari-hari yang sudah biasa terjadi, namun alangkah baiknya jika kita menelaah lebih dalam tentang persoalan ini.

Assalamualaikum wr.wb.

Akhir-akhir ini kita sering membaca di media elektronik betapa banyak opini dan berbagai macam tulisan yang berseliweran bagaikan burung di angkasa. Namun kadang opini tersebut memicu pertikaian dan permusuhan yang kemudian merugikan umat..

Sebagai salah satu contoh, saat ini kita mengenal kiprah salah satu partai Islam yang berpenampilan berbeda dengan yang lainnya, lebih mencolok, lebih agresif dan lebih banyak bermanuver. Namun aktivitas ini bagi sebagian orang dianggap negatif, ambisi kekuasaan, oportunis, dan bahkan inkonsisten.

Kritikan mulai bermunculan di mana-mana, terutama di kalangan umat Islam sendiri, yang sangat berharap akan eksistensi umat islam di tengah-tengah kekuasaan yang semakin mengkhawatirkan. Tentu saja kritikan tersebut akan sangat berarti untuk partai tersebut dalam memperbaiki langkah-langkah berikutnya. Kritikan akan memberikan manfaat apabila keluar dari hati yang lapang, tak ada rasa dendam, tak ada rasa kecewa, yang ada adalah rasa cinta dan sayang, rasa ukhuwwah dan persatuan. Kritikan kadang keras, sebagaimana kerasnya Umar bin Khotob, kadang lembut seperti lembutnya abu Bakar Shiddiq, tetapi keduanya tak pernah menaruh dendam, tetap berada dalam satu naungan komunitas, yaitu komunitas pengganti generasi manusia, pengganti peradaban yang telah rusak ribuan tahun.

Namun akhir-akhir ini kadang orang tak mampu membedakan antara kritikan dan celaan. Celaan adalah sebuah ungkapan merendahkan lawan bicara karena ada sesuatu yang tidak disukai, bisa dikarenakan benci, kecewa atau karena merasa dirinya lebih baik dari orang lain.

Sikap gemar mencela ini akan hinggap kepada siapa saja, entah preman, orang biasa, ilmuwan bahkan ulama. Karakter mencela bisa saja akan melekat pada diri seseorang, syaithon lebih halus langkahnya, dalam menggelincirkan manusia dari jalan fithrahnya. Sehingga tak heran, banyak yang berpenampilan seperti orang baik/sholeh tetapi ternyata bermulut tajam dan mudah menyakiti saudaranya.

Islam mengajarkan bagaimana berdebat, mengkritik dan meluruskan manusia. Meluruskan bukanlah menghakimi tetapi menjelaskan,memaparkan menerangkan langsung pada obyek permasalahannya. Tidak ada unsur kebencian yang biasanya lahir karena kompetisi, rivalitas dan pertentangan.

Menghakimi seseorang bukanlah cara berkomunikasi yang baik diantara sesama manusia, menghakimi itu adalah lebih cenderung merupakan tugas sebuah institusi bukan pribadi. Oleh karena itu ada baiknya kita belajar bagaimana menyusun sebuah kalimat, kalimat haq yang mampu membawa kepada perubahan, bukan membawa kepada kehancuran dan kebinasaan, perpecahan dan permusuhan.

Menghadapi Kritikan dan Celaan.

Ketika hidup di tengah-tengah manusia, apalagi sebagai pemimpin sebuah organisasi atau partai, maka kritikan merupakan bagian dari hidupnya, dan sungguh dipertanyakan kepemimpinan sesorang apabila tak ada kritikan yang dialamatkan padanya. Oleh karena itu kewajiban pemimpin adalah mendengar, baik kritikan yang keras maupun kritikan yang lembut. Bersikap lapang dada dan penuh perhatian terhadap orang-orang yang mengkritik, karena kritikan yang berbobot merupakan data bagi dia dalam pengambilan keputusan.

Namun ada kalanya pemimpin mendapat celaan yang biasanya datang dari orang yang memiliki penyakit di hatinya. Tentu saja celaan ini biasanya cenderung menghakimi, menjustifikasi sesuatu, bahkan obyak permasalahnnya kadang samar. Sikap terhadap hal ini yang paling baik adalah sabar.

Islam tidak pernah mengajarkan membalas kedzaliman sesorang dengan kedzaliman yang baru. Dan itulah realita yang harus dipahami oleh seorang pemimpin. Kita lihat bagaimana Rasulululloh SAW ketika dakwah di Thoif, beliau dilempari batu sampai giginya berdarah darah, dan lari dari kejaran anak kecil, Ini merupakan sebuah penghinaan yang luar biasa kepada pemimpin umat saat itu. Namun beliau bisa memahaminya, begitulah kondisi umat, pada saat itu.

Beliau tidak menerima tawaran malaikat untuk membinasakan ummat tersebut, beliau berkata: mereka kaum yang belum mengetahui. Beliau masih tetap berharap terhadap anak cucunya, sebuah optimisme besar yang lahir dari rasa cinta. Oleh karena itu jika seorang pemimpin mendapat celaan, maka sikap yang paling baik adalah bersabar, dan berharap generasi berikutnyalah yang siap menanggung beban tanggung jawab perbaikan umat. Semoga Indonesia menjadi negeri yang baldatun thoyibatun warobbun ghofuur.

Dari eramuslim.com

Waspadalah, Perkosaan Itu Bermula dari "Missed Call"

Peristiwa seperti ini mungkin jarang terjadi, namun patut untuk kita waspadai, khususnya buat siswa-siswi SMA, SMP dan SD.

MA (15), siswi salah satu sekolah menengah atas (SMA) negeri di Kabupaten Sinjai, nyaris menjadi korban perdagangan manusia (human trafficking) ke Nanggroe Aceh Darussalam oleh pria bernama Anwar asal Kabupaten Gowa.

MA bersama keluarganya, Akbar, mendatangi Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar di Jl Serigala untuk meminta bantuan hukum, Sabtu (6/6). Di LBH, MA mengungkap kronologi yang dialaminya. Namun, dia tampak malu saat sejumlah wartawan dari berbagai media mengetahui keberadaannya di kantor tersebut. Dia selalu membelakangi wartawan meski tetap menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Korban yang bertubuh sintal ini mengaku, kejadian tersebut bermula saat Anwar mampir di toko di rumah korban di Sinjai sekitar pertengahan Mei lalu. Saat itu, Anwar membeli rokok. Setelah itu, Anwar kemudian minta tolong kepada korban agar meminjamkan ponselnya.

"Katanya ingin melakukan missed call ke ponselnya karena lupa di mana ia meletakkannya," kata MA. Tanpa curiga dan bermaksud menolong, MA lalu menyerahkan ponselnya. Anwar lalu melakukan panggilan ke ponselnya. Setelah menemukan ponselnya, Anwar kemudian pamit. "Dia sempat menyatakan terima kasih," kata gadis berambut ikal ini.

Tiba-tiba, pada malam harinya, Anwar menghubungi ponsel MA. "Awalnya saya kira orang salah sambung. Tapi, setelah memperkenalkan diri bahwa dia yang tadinya meminjam ponselku, saya lalu meladeninya tanpa curiga. Ternyata dia itu memang hanya mau tau nomor teleponku," katanya.

Keduanya lalu berbincang akrab. Keakraban via ponsel ini berlangsung sekitar beberapa hari. Hingga suatu saat keduanya janjian bertemu di salah satu SPBU yang sedang dalam tahap perbaikan.

"Waktu ketemu saya dijanjikan akan disekolahkan dan diberi pekerjaan di Kota Makassar. Dia mengaku bisa mencarikan pekerjaan karena dia wartawan (menyebut salah satu media harian di Makassar)," katanya.

Tanpa pamit keluarga, dengan menggunakan sepeda motor, keduanya meninggalkan Sinjai, 27 Mei lalu dan bermalam di Bulukumba. "Awalnya saya bermalam di rumah keluarga Anwar. Besoknya saya pun diajak bermalam di salah satu wisma di Bulukumba. Di situlah saya dikerjai (berhubungan intim). Setelah itu, saya dibawa ke Makassar," katanya.

Di Makassar, Anwar kembali "mengerjai" MA di salah satu wisma. Namun, MA mengaku tidak tahu di wisma mana dia menginap. Selama bersama Anwar, dia selalu berjanji akan memperistrikannya. Kecurigaan MA mulai timbul saat secara tidak sengaja mendengar kalau dirinya akan dipekerjakan di Aceh.

"Saya langsung panik," katanya. Beruntung, MA yang dilarang membawa ponsel oleh Anwar, masih mengingat nomor telepon salah seorang keluarganya yang menetap Makassar. MA lalu meminjam ponsel Anwar dengan alasan ingin kirim pesan singkat ke rekannya. MA lalu menggunakan kesempatan itu untuk menghubungi keluarganya dan menyampaikan apa yang dialaminya. Dia lalu janjian akan ketemu di Terminal Regional Daya (TRD). Setelah itu, MA minta Anwar agar diantar ke TRD dengan alasan untuk bertemu dengan rekannya yang sudah di-SMS.

Sementara keluarga MA sudah menghubungi Polsek Biringkanaya dan menunggu di TRD. Tak lama kemudian, MA dibonceng Anwar betul-betul ke TRD. Polisi pun langsung membekuk Anwar. Hingga kemarin, Anwar masih meringkuk di tahanan Polres Sinjai.

Ketua Divisi Perempuan dan Anak LBH Makassar Fajriani Langgeng yang mendampingi korban mengatakan, dalam waktu yang dekat akan mempertanyakan langsung perkembangan kasus tersebut.

"Agaknya kasus ini seolah-olah dibiarkan berlarut-larut oleh polisi. Apalagi salah seorang keluarga korban mengaku pernah melihat keluarga tersangka dari polisi militer mendatangi Polres Sinjai," jelas Fajriani.

Sementara Kapolres Sinjai AKBP Sugeng Riadi Rikolot belum berhasil dikonfirmasi mengenai perkembangan kasus ini. Berkali-kali ponselnya dihubungi, tetapi tidak diangkat meski terdengar nada aktif. (cr3)

Sumber KOMPAS.com