Sabtu, 27 Maret 2010

Foto Steve Jobs dan CEO Google Tuai Spekulasi


Foto yang menggambarkan 2 dedengkot teknologi Steve Jobs dan Eric Schmidt, CEO Google sedang 'berduaan', menuai banyak tanda tanya setelah beredar di internet. Apa yang mereka lakukan?

Foto keduanya tertangkap kamera seorang fotografer amatir. Foto tersebut kemudian dikirim ke salah satu media teknologi, Gizmodo. Terlihat dalam gambar, pendiri Apple, Steve Jobs sedang berbincang dengan Eric Schmidt di sebuah kedai kopi di Palo Alto, California.

Tentu saja rekam visual tersebut menuai banyak pertanyaan, salah satunya ialah mengenai apa yang mereka bicarakan di sana. Dikutip detikINET dari The Register, Minggu (28/3/2010), sebuah laporan mengatakan bahwa Schimdt lebih banyak diam dan mendengarkan Jobs yang mendominasi perbincangan.

"Mereka akan segera melihat semuanya, jadi siapa yang peduli tentang bagaimana cara mendapatkannya?" demikian pertanyaan yang sempat keluar dari mulut Jobs.

Dan inilah pertanyaan besarnya, siapakah yang dimaksud dengan 'mereka' dan merujuk pada apakah 'nya' (mendapatkannya) itu?. Apakah 'mereka' mengarah pada konsumen? Kedua sosok itu tentu saja menarik perhatian publik mengingat mereka sempat diberitakan tidak akur akibat kemunculan ponsel berbasis Android dari Google.

Sayang sekali, saat kerumunan mulai terjadi di tempat pertemuan Jobs-Schmidt, merekapun beranjak dari situ, meninggalkan pertanyaan yang belum terjawab. "Mari kita pergi ke tempat yang lebih private untuk membicarakan ini," tandas Jobs. ( sha / faw )

Selasa, 23 Maret 2010

Guru SMP di Jeneponto Tusuk Mata Muridnya


Tribun - Nahas nian nasib M Khadapi (12). Pelajar SMP Tamalatea, Jeneponto, ini terpaksa menjalani perawatan intensif RS Bhayangkara, Mappaouddang, Makassar, setelah mata kirinya ditusuk kayu. Penusuknya diduga gurunya sendiri, Hs (57).

Sampai ini Khadapi masih terbaring di kamar 13, Ruangan Elang, RS Mappaouddang. Perban menempel di mata kirinya yang dinyatakan rusak akibat tusukan. Sementara Hs harus menjalani pemeriksaan polisi akibat tindakannya itu.
Peristiwa terjadi pada Selasa (23/3). Kasus ini berawal saat korban bermain bola yang terbuat dari kertas di kelasnya bersama empat rekannya pada jam istrihat, sekitar pukul 11.00 wita, Senin (22/3) lalu.
Empat rekan korban itu adalah Wawan, Fajrin, Riswan, dan Nadi. Tak berselang lama, Hs yang juga istri dari Kepala SMP Tamalatea, BK, masuk ke dalam kelas dan marah akibat tindakan lima siswa itu. Ia pun menghukum mereka.
"Kami berlima ditempeleng. Setelah itu kepala saya dibenturkan ke papan tulis," jelas Khadapi yang didampingi sejumlah keluarganya di RS. Hs lalu mengambil kayu dan memukulkannya ke tubuh lima siswa yang dianggap nakal ini.
"Saya menangkis pukulannya Pak. Dia (Hs) lalu menusuk mata saya dengan kayu asam. Setelah itu saya tidak ingat apa-apa lagi," kata Khadapi dengan sesekali memegang matanya akibat rasa nyeri.
Setelah siuman, korban langsung pulang ke rumahnya di Jl Lanto Dg Pasewang, Taman Roya Utara. Samsiar (42), ibu kandung korban, yang mendapati anaknya pulang lebih awal kemudian menegurnya. Khadapi menjawab teguran itu dengan erangan kesakitan.
Samsiar terkejut mendapati luka serius di mata kiri anaknya. "Mata saya ditusuk guru," ujar Samsiar meniru ucapan anaknya sesaat setelah kejadian. Tak lama kemudian Samsiar pun melapor di Polsek Tamalatea.
Usai melapor, Samsiarpun melarikan anaknya di ke Medical Center di Jl Ratulangi Makassar. "Menurut dokter di sana, anak ini harus menjalani opname, dan setelah itu kami dirujuk ke RS Bhayangkara," Lanjut Sasiar.
Korban juga mengatakan beberapa saat setelah kejadian, mata kirinya sudah tidak bisa difungsikan lagi. "Semuanya hitam Pak, saya tidak bisa melihat lagi kalau mata kanan saya ditutup," jelasnya.(ali)

Kamis, 11 Maret 2010

Jangan Panik Jika Anak Belum Bisa Membaca

img
Jakarta, Orangtua sering khawatir jika melihat buah hatinya belum mahir membaca meskipun sudah masuk sekolah taman kanak-kanak. Jangan panik dulu karena belajar membaca adalah proses yang membutuhkan waktu bertahun-tahun. Kenali tahapan dasar anak belajar membaca.

Setiap anak memiliki kecepatan membaca yang berbeda-beda, karena membaca adalah sebuah keterampilan yang diasah melalui beberapa tahapan dan proses yang berkelanjutan.

Kemampuan membaca juga bisa mempengaruhi kemampuannya menulis karena itu orangtua dan guru harus memahami bahwa kemampuan membaca dan menulis membutuhkan sebuah proses.

Seperti dikutip dari Babycenter, Jumat (12/3/2010) ada empat tahapan yang biasa dilalui anak-anak dalam proses belajar membacanya, yaitu:

Tahapan anak pra-membaca

  1. Anak suka memainkan buku seperti layaknya mainan lain dan belum mengerti bahwa buku tersebut mengandung cerita.
  2. Tertarik dengan warna-warna cerah dan ilustrasi yang ditemukan dalam buku tersebut, tapi tidak memahami bahwa gambar tersebut mengandung cerita.
  3. Anak suka mendengarkan cerita yang dibacakan oleh orang lain sambil melihat gambar-gambar di buku.
  4. Belum dapat mengidentifikasi kata-kata atau huruf yang ada di dalam buku.
  5. Tahapan ini terjadi pada anak usia 2-4 tahun.

Tahapan anak mulai membaca

  1. Anak sudah dapat mengenal setiap huruf yang ada, tapi belum terlalu mahir merangkainya menjadi satu kata.
  2. Membutuhkan gambar pada setiap halaman untuk membantunya bercerita.
  3. Menghapal isi buku cerita dan mencoba untuk membacanya lagi dan lagi.
  4. Membaca dengan suara yang keras tapi tidak menunjukkan ekspresi serta tidak berhenti untuk tanda baca tertentu.
  5. Tahapan ini terjadi pada anak usia 4-6 tahun.

Tahapan intermediate (menengah) membaca

  1. Menggunakan gambar sebagai petunjuk dari sisa-sisa kalimat untuk memahami cerita.
  2. Membacanya sudah lancar dan hanya ditemukan beberapa kesalahan saja.
  3. Dapat menjawab pertanyaan sederhana berdasarkan cerita tersebut.
  4. Membaca dengan keras dan terkadang ekspresif serta memiliki jeda untuk beberapa tanda baca yang ada.
  5. Tahapan ini terjadi pada anak usia 6-8 tahun.

Tahapan mahir membaca

  1. Dapat membaca dengan lancar dan memahami sebagian besar atau keseluruhan cerita.
  2. Dapat menikmati sebuah buku meskipun tanpa ada gambar.
  3. Dapat menjawab berbagai pertanyaan mengenai materi atau perasaan dan pikiran tokoh cerita.
  4. Dibaca dengan suara keras dan penuh eskpresif serta memahami penuh segala bentuk tanda baca.
  5. Tahapan ini terjadi pada anak usia 8 tahun ke atas.
(ver/ir)