Rabu, 06 Oktober 2010

Guru Pilih Kasih

Hak Asasi Manusia, semua orang selalu menuntut haknya. Para pelajar pun nggak kalah heboh dalam menuntut hak keadilan. Nggak mau dong di beda-bedain sama si dia. Kok bisa si dia yang jadi pusat perhatian? Kok bisa si dia yang terus-terusan dipedulikan?

Perbedaan kelakuan yang biasanya dirasakan para pelajar, kadang menimbulkan sikap sensitif kepada teman sendiri yang lebih diperhatikan. Wah, kasihan juga yang diperhatikan itu, jadi dianggap pengacau karena gara-gara si dia yang lainnya nggak diperhatikan.

Terkadang seorang guru tidak sadar dengan sikapnya yang di anggap tidak adil atau pilih kasih terhadap beberapa murid. Perhatian khusus pun sering tertuju kepada murid yang lebih menonjol. Entah karena si dia pintar, cantik, cakep, berprestasi, atau mungkin karena si dia anaknya ketua komite, anaknya guru, kepala sekolah, bahkan bisa jadi anak presiden.

Wah, kasus seperti ini bisa menimbulkan rasa iri hati yang mendalam. Bisa jadi murid lain di anak tirikan. "Secara pribadi, saya justru termotivasi. Soalnya saya akan berusaha membuktikan kalau saya juga layak diperhatikan, dan saya akan melakukan hal-hal yang disukai oleh guru tersebut," ujar Marina seorang siswi kelas X SMAN 1 saat di tanya pendapatnya mengenai guru-guru yang terkesan pilih kasih.

Motivasi mungkin saja bisa timbul saat kita merasa iri, terpikir untuk bisa bersaing secara sehat. Lain halnya dengan Ima yang juga merupakan siswi kelas X di SMAN 17, "wah, pastinya kesel dong! bakalan ngerasa iri sama murid-murid yang kelihatannya lebih di sayang. Kita kan sama-sama muridnya, kok malah ada yang lebih di sayang dari yang lain?"

Wajar ketika kita berada di ruang kelas dan seakan terasingkan saat pelajaran di mulai. Tanpa tegur sapa guru terhadap kita, bahkan kalau kita nggak ngerti soal pelajaran tetap saja didiamkan. Eh, si dia malah di tanya langsung sama guru, "masih ada yang belum di mengerti?" Seakan kita nggak bisa dengar dan ngeliat ada hal yang berbeda.

Entah berawal darimana sikap membeda-bedakan itu muncul. Sama-sama ke sekolah, sama-sama belajar, tapi, perlakuannya nggak sama. "Hal semacam itu nggak adil, bagaimana pun juga, guru harus memandang secara merata, dan nggak boleh ada istilah pilih kasih apa pun alansannya!" Jawab Isty siswi kelas XII IPA SMAN 21 saat di tanya soal sikapnya dalam menanggapi hal semacam ini. (m7)