MAKASSAR, TRIBUN - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan khawatir penggunaan bahasa daerah di kalangan anak-anak di Sulsel terancam punah.
"Kepunahan bahasa daerah di Indonesia disebabkan kurangnya kurikulum bahasa daerah pada pendidikan usia dini," kata Sekertaris Provinsi Sulsel, H Andi Muallim, di Makassar
Menurut dia, hasil kajian kongres bahasa daerah Internasional yang digelar dua tahun lalu telah menyimpulkan bahwa kepunahan bahasa daerah akibat pendidikan taman kanak-kanak (TK) dan playgroup tidak lagi mengenalkan bahasa daerah secara optimal.
Kehadiran bahasa asing di sekolah-sekolah itu, lanjutnya dianggap sebagai faktor utama kurangnya kurikulum penggunaan bahasa daerah maupun bahasa Indonesia yang baik.
Padahal, ungkap Muallim, bagi kita yang sudah tua yang tidak pernah sekolah di TK masih bisa berbahasa daerah, tapi mereka yang masih muda dan sudah melalui pendidikan TK, bahasa daerah sudah terlupakan.
Adanya perubahan budaya anak-anak yang dulunya nenek yang bisa mempengaruhi cucu-cucunya berbahasa daerah. Sekarang sudah terbalik, justru cucu yang mendominasi sang nenek, sehingga nenek juga ikut-ikutan berbahasa Indonesia.
Selain itu, kurangnya minat untuk menjadi guru bahasa daerah juga dianggap sebagai salah satu penyebab utama ancaman punahnya bahasa daerah di Sulsel.
"Jadi kalau calon pengajarnya saja tidak ada, yang diajar juga sudah loyo, bagaimana mau masuk substansi," ujarnya.
Mahasiswa tidak berminat lagi dan objeknya siswa yang memang lebih banyak berbahasa Indonesia dan berbahasa asing.(*)