Minggu, 01 Agustus 2010

Download Buku BSE Fisika SMA

Bagi yang ingin download buku BSE Fisika SMA, silahkan di download di bawah ini :
Buku Fisika SMA Kls X

Minggu, 25 Juli 2010

ICW Minta Ortu Murid dan Pelapor Korupsi Sekolah Dilindungi

Fitraya Ramadhanny - detikNews

Jakarta - Sekretaris Komite Pendidikan SMP 99, Yuslinarwati, diberhentikan. Sementara orang tua murid Dr Okky Sofyan cs dan pengurus SMP Induk TKBM Ade Pujiati, mendapatkan tekanan. Semua karena mereka mengusut korupsi Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

"Serangan balik yang dihadapi oleh orang tua murid dan pelapor kasus korupsi seharusnya tidak perlu terjadi," kata peneliti senior ICW Febri Hendri dalam rilis kepada detikcom, Minggu (25/7/2010).

Menurut Febri Hendri, serangan balik tersebut tidak dapat dilepaskan dari usaha mereka untuk mengkritisi dan membongkar kasus korupsi sekolah. Dr Okky Sofyan cs berusaha untuk membongkar kasus korupsi dana BOS, BOP, Block Grant dan komite sekolah di SDN RSBI 012 Pagi Rawamangun.

Ade Pujiati berusaha membongkar kasus korupsi di SMP Induk TKBM Jakarta. Yuslinarwati berusaha membongkar penggunaan dana sekolah dan komite sekolah di SMP 99 Jakarta.

"Tiga kelompok orang tua murid dan pelapor mempertanyakan pengelolaan dana sekolah anak-anak mereka," jelas dia.

Namun sayang bukan jawaban yang mereka dapatkan. Yuslinarwati diberhentikan. Dr Okky Sofyan cs akan dicabut KTP-nya sebagai warga DKI Jakarta atas usulan Kasie Dikdas Kecamatan Pulogadung. Sedangkan Ade Pujiati diminta mundur.

"Kami merekomendasikan Dinas Pendidikan DKI Jakarta memecat Kasie Dikdas Kecamatan Pulogadung karena telah memohon Gubernur untuk menghentikan status Dr Okky Sofyan cs sebagai warga DKI Jakarta," tegasnya.

ICW juga meminta Kemendiknas dan Disdik DKI Jakarta melibatkan orang tua murid terlibat dalam pengambilan keputusan sekolah. "Komnas HAM juga harus menyelidiki pelanggaran HAM yang terjadi terkait dengan serangan balik pada orang tua murid dan pelapor korupsi sekolah," tutupnya.

(fay/gun)

Rabu, 21 Juli 2010

Biaya Pendaftaran Universitas Lampung Sebesar Dua Tahun Gaji Staf

Syafril - suaraPembaca


Jakarta - Anak saya yang bernama Nabilla Syafriani dengan nomor pendaftaran 310 34 09070101 mendaftar di Universitas Lampung Fakultas Kedokteran dan mengikuti tes SNMPTN di Bandung. Setelah pengumuman hasil seleksi ternyata anak saya diterima di universitas tersebut.

Namun, alangkah terkejutnya saya melihat biaya pendaftarannya sebesar Rp 62,419,000. Padahal waktu pendaftaran tidak ada ketentuan mengenai pembayaran. Hal ini bukan hanya dialami oleh saya sendiri. Tetapi, semua yang diterima di Fakultas Kedokteran tersebut. Alangkah kecewanya kami dan anak saya pun ikut stres.

Sebagai bahan perbandingan saja. Mahasiswa yang diterima di universitas negeri lainnya seperti Universitan Padjadjaran Bandung, Universitas Andalas Padang hanya membayar sekitar 6 sampai dengan 7 juta saja bagi yang diterima melalui tes masuk SNMPTN.

Cita-cita anak harus lebih baik dari orang tuanya ternyata hanya tinggal 'mimpi' bagi kalangan menengah bawah. Uang sebesar tersebut di atas indentik dengan 2 (dua) tahun gaji saya.

Wassalam,
Hormat saya
Syafril
Jl Kancra No 5 Bandung
Staf Politeknik Negeri Bandung
ndelec@bdg.centrin.net.id
Telp 022 7302069 HP 081572337149


(msh/msh)

Senin, 19 Juli 2010

Kalahkan 475 Pesaing, Vocalista Angels Juarai Festival Paduan Suara Anak Dunia

Irwan Nugroho - detikNews
Jakarta - Lagu Indonesia Raya berkumandang di gedung China Convention and Exhibition Centre, Shaoxing, Senin (19/7/2010), mengiringi kemenangan paduan suara anak Vocalista Angels. Kemeriahan tampak memenuhi ruangan menyambut perolehan medali emas kontestan asal Indonesia tersebut di ajang festival paduan suara anak tingkat dunia itu.

Demikianlah suasana yang digambarkan oleh CA Tersierra Rosa, pemimpin rombongan Vocalista Angels, kelompok paduan suara anak asal Klaten, Jawa Tengah (Jateng), yang menjadi wakil Indonesia di festival internasional itu. Vocalista Angels merebut juara untuk kategori folklore dengan koreografi.

"Selain menjuarai dan meraih medali emas kategori folklore dengan koregrafi, mereka juga memperoleh medali emas untuk kategori paduan suara Anak-anak," ujar Tersierra Rosa atau yang akrab dipanggil Thea dalam rilis yang diterima detikcom, Selasa (20/7/2010).

Menurut Thea, pada kejuaraan kali ini, Vocalista Angels mengusung beberapa lagu daerah seperti "Montor-montor Cilik", "Romo Ono Maling," "Go Jago," dan lagu "Toki Tifa" dari Maluku. Selain itu, paduan suara yang berisi 27 anak-anak dari usai 8-18 tahun ini juga membawakan lagu-lagu asing yaitu "Las Ammarilas" dari Spanyol dan "Tola" dari Africa.
"VA yang dimotori oleh konduktor Yason Christy Pranowo tampil sangat memikat sehingga mendapatkan tepuk tangan yang sangat riuh di setiap penampilannya, bahkan standing applaus," ungkap Thea sambil menambahkan prestasi Vocalista Angels juga menjadikan Indonesia sebagai juara umum kedua di pentas paduan suara dunia ke-6 ini.

Didatangi Polisi

Vocalista Angels dilepas keberangkatannya oleh Wakil Presiden (Wapres) Boediono pada 12 Juli dan tiba di Shaoxing pada 13 Juli. Sesampainya di Shaoxing, anak-anak yang berasal dari keluarga menengah ke bawah itu langsung berlatih kembali sebelum festival dimulai.

Latihan dilakukan dengan cara menghibur masyarakat di sekitar taman Kota di dekat hotel mereka menginap. Paling sedikit mereka melakukan latihan 2 jam di taman atau pun tempat terbuka yang kadang-kadang didatangi Polisi setempat karena membuat keramaian di tempat umum.

"Meski akhirnya polisi ikut menikmati sajian nyanyian mereka. Ini disebabkan sulitnya untuk mendapatkan tempat latihan yang memadai," tutur Thea.

Kemenangan kelompok paduan suara Vocalista Angels juga sempat disertai dengan beberapa kendala. Misalnya, saat melakukan registrasi, nama Vocalista Angels tidak ada di dalam daftar panitia, sehingga official harus menghubungi penyelenggara yaitu Interkultur dan penyelenggara lokal.

"Namun patut diacungi jempol kepada pemerintah Cina yang bersungguh-sungguh mempersiapkan Kejauaran Dunia Paduan suara yang ke-6 ini karena bertepatan dengan ulang tahun ke-2500 tahun kota air Shaoxing," puji Thea.

Peringkat ke-41 Dunia

Sebelumnya, Vocalista Angels telah menjuarai berbagai kejuaraan paduan suara tingkat international antara lain pada World Choir Championship di Korea Selatan tahun 2009. Saat itu 2 medali emas berhasil disabet untuk kategori Anak-anak dan Folklore.

Untuk kategori paduan suara anak, sejak 2008 Vocalista Angels menempati urutan 17 dunia. Adapun untuk tingkat dunia, Indonesia berada pada urutan yang cukup bergengsi, yakni peringkat 41 dalam semua jenjang usia dan semua Jenis yang dilombakan (children choir, Youth choir, Chamber choir, Male Choir, Female choir, Mix choir, Jazz, Spiritual, dan Folklore).

Kini, lanjut Thea, kelompok paduan suara yang dipimpinnya akan berlatih untuk kejuaraan dunia paduan suara anak ke-7. "Ada dukungan dari pemda atau tidak, Vocalista Angels tetap berlatih untuk mempersiapkan Kejuaraan Dunia ke-7 di Ohio, Amerika Serikat," cetusnya.

(irw/nvc)

Senin, 05 Juli 2010

Gaji ke Tiga Belas vs Bea Siswa

Intan Herwindra Millyaningrum S Pi - suaraPembaca



Jakarta - Bulan Juni atau Juli 2010 sekarang ini ramai dibicarakan khususnya bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) seluruh Indonesia. Sebuah berkah yang diberikan pemerintah untuk memberi stimulus kepada para PNS yang mempunyai putera-puteri sehingga dapat meringankan biaya pendidikan bagi mereka.

Kebijakan ini tentunya sangat baik dan bermanfaat. Terutama bagi PNS golongan kecil. Namun, pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan dorongan finansial yang cukup lama. Tidak hanya dorongan sesaat sehingga masalah pendidikan bisa terselesaikan.

Terus bagaimana dengan kondisi rakyat kurang mampu di luar PNS? Padahal mereka juga mempunyai hak stimulus bagi pendidikan putera-puteri mereka.

Tentunya hak untuk mengenyam pendidikan adalah hak fundamental yang dimiliki oleh semua warga negara. Di tengah biaya pendidikan yang semakin mahal dari manakah rakyat kecil bisa mendapat biaya untuk pendidikan bagi anak-anak mereka? Sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh pemerintah dan sebuah tantangan untuk mengangkat harkat martabat bangsa melalui pendidikan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan adalah penopang kemajuan bangsa. Berbekal pendidikan telah menjadikan Singapura dan Malaysia beberapa langkah lebih maju dari Indonesia. Pada 1960 - 1970-an pendidikan di Indonesia memiliki level yang sama dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina. Namun, saat ini, kemajuan bangsa Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tersebut.

Di tahun itu, banyak warga negara mereka berbondong-bondong belajar di UI, IPB, ITB, dan universitas lainnya di Indonesia. Mereka mengalokasikan anggaran cukup besar melalui investasi pendidikan.

Dari berbagai data perbandingan antar negara dalam hal anggaran pendidikan yang diterbitkan UNESCO dan Bank Dunia Negara Indonesia dalam hal pembiayaan pendidikan memang terendah. Pada tahun 1992, menurut UNESCO, pada saat Pemerintah India menanggung pembiayaan pendidikan 89 persen dari keperluan, Indonesia hanya menyediakan 62,8 persen dari keperluan dana bagi penyelenggaraan pendidikan nasionalnya.

Zaman sudah berubah tentunya. Kita sebagai bangsa besar harus terus berbenah untuk mengejar ketertinggalan yang ada. Kita patut bersyukur permohonan yang diajukan Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Prof Dr Mohammad Surya yang meminta MK untuk mengabulkan pengujian UU APBN 2008 karena untuk anggaran pendidikan hanya sekitar 15,6 persen dari APBN. Sehingga, bertentangan UUD 1945 dikabulkan.

Majelis hakim MK mendorong agar semua daerah memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dalam APBD-nya, dan mencegah pengurangan terhadap makna Indonesia sebagai negara hukum. MK mengingatkan pembentuk UU untuk selambat-lambatnya dalam UU APBN Tahun Anggaran 2009 harus telah memenuhi kewajiban konstitusionalnya menyediakan anggaran sekurang-kurangnya 20 persen untuk pendidikan

Sebuah momentum langka semenjak Indonesia merdeka. Memang pendidikan tidak hanya berpangku pada masalah dana. Tapi, sedikitnya dana adalah sebuah keniscayaan untuk memberikan yang terbaik bagi pendidikan. APBN 20% tentunya harus dimanfaatkan sepenuhnya untuk mendorong warga negara mengenyam pendidikan.

Melalui Departemen Pendidikan Nasional mulai mendorong semua lapisan warga negara mengenyam pendidikan di dalam maupun luar negeri. Tidak tanggung-tanggung. Sebuah ide dan gagasan cerdas diluncurkan dengan membiayai warga negara yang berprestasi dalam bidang apa pun untuk mengenyam pendidikan layak melalui beasiswa unggulan.

Bea siswa yang dirancang oleh Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri benar-benar sebuah terobosan yang tidak membedakan lapisan masyarakat. Kadang kita terpaku arti berprestasi hanya pada nilai akademik. Namun, bea siswa ini berwawasan lain.

Setiap warga negara yang berprestasi dalam bidang apa pun adalah manusia unggul yang layak dihargai oleh negaranya. Di musim sekolah dan kuliah saat ini sebagai warga negara yang bukan PNS kita patut bersyukur karena subsidi pemerintah diberikan dalam berbagai cara.

Bea siswa adalah investasi jangka panjang seperti yang telah dilakukan oleh negara-negara tetangga kita. Tentunya bukan sekedar memberikan sekali seperti gaji ke-13 dan langsung habis tapi mempunyai efek luar biasa bagi peradapan Indonesia.

Intan Herwindra Millyaningrum S Pi
Penulis adalah alumni Universitas Diponegoro
Jln Sujono 75 RT 2 RW 1 Sukorejo
Email: intan_herwindra@yahoo.com
HP: 085640543332

Rabu, 23 Juni 2010

Dulu Sering Pingsan, Kini Jadi Inspirator Orang Lain


Aryanti Rosihan Yacub boleh berbangga. Berkat kegigihan dan ketekunannya, anaknya yang menderita down syndrome kini menjadi remaja berprestasi. Organisasi yang dia dirikan untuk mewadahi anak-anak down syndrome pun terus berkembang.

Minggu siang, 20 Juni, suasana di hal Plasa Senayan tampak meriah. Tiga puluhan anak berseragam biru merah berdiri di panggung, memainkan alat musik angklung. Beberapa lagu mereka mainkan. Dari Keroncong Kemayoran hingga lagu pop Nuansa Bening yang dipopulerkan kembali oleh penyanyi muda Vidi Aldiano.

Tepuk tangan ratusan penonton menyemangati penampilan anak-anak itu. Penonton terkagum-kagum karena permainan musiknya terdengar apik dan kompak. Padahal, yang memainkan anak-anak down syndrome, atau tunagrahita, atau biasa disebut keterbelakangan mental.

Di sisi panggung, seorang perempuan yang sejak awal tampak sibuk, mendapat ucapan selamat dari para penonton atas penampilan anak-anak itu. Dia adalah Aryanti Rosihan Yacub, ketua Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI), yayasan yang memayungi anak-anak penderita down syndrome.

"Saya benar-benar terharu dan bangga melihat penampilan anak-anak tadi," ujar Aryanti dengan wajah berseri saat disapa penulis.

Dia terharu dan bangga karena keterlibatannya dalam ISDI cukup membawa manfaat. Anak-anak down syndrome yang semula "tidak bisa apa-apa" kini punya aktivitas yang merangsang kreativitas.
Tetapi, perjuangan Aryanti mendirikan ISDI penuh cobaan. Dia harus jatuh bangun untuk menguatkan diri sebelum akhirnya eksis seperti sekarang.

Aryanti lalu menceritakan sejarah berdirinya ISDI. Ingatannya melayang pada 25 Februari 1990. Saat itu dia melahirkan putra ketiganya, Michael Rosihan Yacub. "Saat itu saya berusia 36 tahun. Ketika lahir, Michael seperti anak normal, tidak ada tanda-tanda khusus yang mengkhawatirkan. Dia mungil dan lucu," ujar perempuan 56 tahun itu lantas tersenyum.

Namun, menginjak usia 1 tahun, Michael mulai menunjukkan gejala aneh. "Kalau merangkak, Michael seperti ngesot. Kata teman saya yang tahu brain gym, anak yang normal tidak seperti itu. Dia bilang, mungkin ada kelainan dalam diri Michael," katanya.

Untuk memastikan, Aryanti memeriksakan Michael ke dokter. "Saat hasil tes menyatakan Michael positif menderita down syndrome, saya langsung stres, kalut, bingung. Saya juga menjadi sering pingsan tiba-tiba," ujarnya.

Down syndrome adalah kelainan kromosom yang terjadi pada anak sehingga memiliki kelemahan dalam kecerdasan. Ciri yang biasa terlihat adalah wajah yang disebut "mongoloid". Selain itu, anak-anak down syndrome memiliki otot-otot tubuh yang lemah.

Setelah mendapati kenyataan itu, hari-hari Aryanti lebih banyak dilalui untuk merawat Michael. "Saya bersyukur, keluarga bisa memahami kondisi yang terjadi. Orang-orang juga memberikan nasihat bahwa Michael adalah anugerah Allah," katanya.

Lambat laun mental Aryanti makin siap menghadapi cobaan itu. Dia juga berpikir bahwa yang membutuhkan bantuan adalah Michael, bukan dirinya yang sesungguhnya tidak apa-apa. "Dari situlah akhirnya saya bisa mulai menerima kenyataan dengan sepenuh hati," urainya.

Aryanti kemudian memasukkan Michael ke Sekolah Luar Biasa (SLB) C Tuna Grahita di Kemayoran, Jakarta. Dari sekolah itulah kemudian muncul ide untuk mendirikan sebuah perkumpulan bagi anak-anak penderita down syndrome. Tujuannya, menampung dan memberikan bekal hidup bagi anak-anak itu setelah lulus SLB. Akhirnya, pada 21 April 1999, terbentuklah ISDI.

Hingga kini, tercatat ada 250-an anak down syndrome yang terdaftar sebagai anggota ISDI. "Terbanyak dari Jakarta. Kota-kota lain juga ada. Bahkan, ada yang dari Papua," sebutnya.

Menurut Aryanti, ISDI diarahkan untuk menjadi wadah bagi para orang tua yang memiliki anak down syndrome untuk berbagi cerita, berbagi pengalaman, dan saling menguatkan. Sebab, banyak orang tua yang bingung memperlakukan anak-anaknya yang mengalami kelainan itu.

"Apalagi, saat itu informasi mengenai down syndrome juga masih minim. Orang tua menjadi bingung dan takut. Akibatnya, anak-anak down syndrome lebih banyak terisolasi karena sering diejek," kenangnya.

Karena itulah, ISDI kemudian diniatkan untuk menjadi wadah bagi para orang tua dan anak-anak down syndrome untuk menemukan komunitas berbagi dan bercerita. Bahkan, sejak Oktober 2009, ISDI memiliki Center of Hope di kawasan Sunter, Jakarta Utara.

"Di Center of Hope, anak-anak bisa saling berinteraksi. Kami mengajarkan berbagai keterampilan hidup, mulai yang simpel seperti bagaimana ke kamar mandi, bagaimana membeli barang kebutuhan sehari-hari, hingga keterampilan khusus seperti membuat kue, menggambar, olahraga, dan bermain musik," ceritanya.

Aryanti mengatakan, dengan IQ yang rata-rata 35, anak-anak down syndrome memang membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar. Misalnya, untuk bisa bermain angklung, mereka memerlukan waktu lebih dari 3 tahun. Meski begitu, pencapaian itu merupakan prestasi yang menggembirakan.

Di kalangan komunitas orang tua yang memiliki anak down syndrome, Aryanti kini banyak memberikan inspirasi. Itu tak lain karena kegigihannya merawat Michael yang kini berusia 20 tahun. Berkat ketekunannya itu, Michael tumbuh menjadi remaja berprestasi.

Pada 2001–2003, Michael merebut medali emas pada lomba lari 100 meter dalam Pekan Olahraga Penyandang Cacat Daerah (porcada) Tingkat DKI. Pada 2003, Michael mengikuti Special Olympics World Summer Games XI di Dublin, Irlandia. Hasilnya, dia meraih medali emas pada lomba lari 50 meter.

Pada 2005, Michael mendapat medali emas di berbagai kompetisi renang. Dia juga beberapa kali mengikuti kejuaraan golf. Dan, pada 2006, Michael merebut posisi lima besar kompetisi golf yang diadakan Down Syndrome Association Singapura.

Yang terbaru, awal 2010, Michael mendapat penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) sebagai pegolf penyandang down syndrome satu-satunya di Asia. "Saya sangat bangga dengan putra saya itu," komentar Aryanti.

Minggu lalu Michael ikut tampil dalam pentas angklung di Plasa Senayan. Dia tampak ceria dan terus bergerak ke sana kemari. Tapi, begitu ditanya bagaimana kabarnya, Michael menjawab dengan kalimat terputus-putus. "Baik, baik," jawabnya sambil terus tersenyum.

Michael tampak tambah bersemangat saat ditanya tentang rencana keikutsertaannya dalam pekan olahraga nasional (pornas) khusus pada akhir Juni nanti. "Ya, nanti ikut renang. Saya bisa renang (gaya) bebas, punggung, katak," katanya terputus-putus.

Salah seorang yang terinspirasi dengan ketekunan Aryanti adalah Nashita Nio. Ibu yang akrab disapa Bu Wawa itu juga memiliki anak down syndrome. "Anak saya kini berusia 21 tahun. Namanya Eko. Dia anak pertama saya," ujar Humas ISDI itu.

Wawa mengakui, sejak kecil dirinya lebih banyak menjaga Eko di rumah. Padahal, seharusnya sejak dini anak down syndrome harus mulai distimulasi, dilatih secara khusus. Sebab, semakin dini diajari semakin bagus perkembangan jiwanya.

"Itulah kesalahan saya. Dulu saya tidak tahu. Kini dengan aktif di ISDI saya terus bisa berbagi pengalaman. Saya berharap, kesalahan saya tidak dilakukan orang tua yang lain," tuturnya.

Dengan berbagai pelatihan yang dilakukan, Wawa dengan bangga menyatakan bahwa anaknya kini sudah terampil memainkan dram. Bahkan, Eko bisa memainkan keyboard dan menghafal 40 lagu. "Hal-hal seperti itu membuat takjub para orang tua," ujarnya.

Karena itu, dia mengajak orang tua yang memiliki anak down syndrome untuk tidak menyerah. "Silakan bergabung di sini (ISDI). Kita bisa saling berbagi pengalaman dan saling membantu," tandas Wawa. (*)