Selasa, 07 Desember 2010
Eniya Listiani, Peraih Habibie Award Termuda
Sepanjang sejarah pemberian Habibie Award sejak 1999, wanita ini adalah penerima termuda penghargaan bergengsi itu. Dia adalah Dr-Eng Eniya Listiani Dewi. Hasil karyanya pun tergolong langka, yakni tentang fuel cell (sel bahan bakar) berbasis hidrogen untuk sumber energi baru ramah lingkungan.
DI Puri Ratna, Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa 30 November, Eniya tak henti menebar senyum. Sejumlah koleganya memberikan selamat. Para kerabat juga memintanya berfoto bersama. Pose dengan mantan Presiden Habibie dan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Marzan A Iskandar, melengkapi kegembiraannya sore itu.
Eniya memang patut berbangga. Ibu kelahiran Magelang, 14 Juni 1974 itu, baru saja menerima anugerah Habibie Award 2010 untuk bidang Ilmu Rekayasa. Itu sekaligus menjadikannya sebagai peraih Habibie Award termuda, sejak anugerah tahunan itu digelar kali pertama 11 tahun lalu.
"Ini menggembirakan sekali. Saya tak menyangka, apalagi karena penghargaan ini dulunya banyak diberikan kepada profesor-profesor," kata Eniya.
Awal riset Eniya dimulai dengan "ketidaksengajaan" eksperimen yang akhirnya malah menemukan katalis baru untuk sel bahan bakar. "Kalau sedang eksperimen, saya suka tinggal waktu makan siang. Saya pikir tidak masalah. Ketika saya melihat hasil eksperimen, setelah saya tinggal, kok jadinya berbeda. Ternyata perbedaan itu malah menjadi inovasi," kata istri Wahyu Widada itu.
Katalis baru temuan Eniya telah membuat terobosan baru zinc-air fuel cell (ZAFC). Yakni, suatu generator penghasil listrik dengan bahan bakar logam dan oksigen. Hasil risetnya dipublikasikan di delapan jurnal internasional dalam waktu 3 tahun. Temuannya lantas diakui dunia. Eniya mendapat penghargaan Mizuno Award dan Kounkenkai Awards dari Waseda University dan Polymer Society Japan pada 2003.
Teknologi sel bahan bakar merupakan sumber energi alternatif penghasil listrik ramah lingkungan. Caranya, dengan mereaksikan gas hidrogen dengan oksigen secara elektrokimia. "Hasilnya adalah listrik, panas, dan air murni. Tanpa suara, tanpa emisi, seperti layaknya batere atau aki," kata Ibu dari Ibrahim Muhammad, Nashita Saaliha, dan Nashira Saaliha itu. Fuel cell memang tidak meninggalkan emisi apapun. Hasil buangnya hanyalah air murni.
Prinsip fuel cell mirip batere atau aki. Tapi kalau batere dan aki bisa "habis", fuel cell tidak akan habis asal diisi bahan bakar. Bahan bakar itu diisi dengan hidrogen, alkohol (metanol, etanol), serta hidrokarbon lainnnya.
Karya terbaru Eniya adalah ThamriON, yang baru saja mendapatkan penghargaan Inovasi Paten dari Ditjen HKI 2010. ThamriON merupakan membran sel bahan bakar dari bahan plastik yang direaksikan dengan asam sulfat. Karena telah direaksikan, plastik bisa menghantarkan listrik.
Nama paten ThamriON sendiri punya sejarah yang unik. "Saya bekerja di Jalan MH Thamrin (Kantor BPPT), jadi nama itu saya ambil. Kalau ON sendiri berasal dari kata ion, karena plastiknya bisa menghasilkan ion," kenangnya.
Eniya mengembangkan sel bahan bakar dengan 80 persen material lokal membuat biayanya lebih murah. Upaya Eniya ini mendapatkan anugerah PII-Engineering Award pada 2006. Salah satu pengembangan sel bahan bakarnya dibuat di BPPT dalam berbagai ukuran, mulai 5 hingga 1.000 watt.
Dengan proses manufaktur secara mandiri, sel bahan bakar itu bisa menyalakan perangkat elektronik seperti televisi, laptop, lampu, radio, dan sebagainya. Ada pula yang dikembangkan untuk sepeda motor fuel cell berkapasitas 500 watt. Untuk lebih menghemat biaya dalam energi terbarukan, Eniya juga mengembangkan gas hidrogen dari limbah biomassa.
Eniya memimpikan setiap rumah bisa memiliki energi mandiri dari fuel cell. Selain lebih ramah lingkungan karena menggunakan energi terbarukan, listrik yang dihasilkan juga lebih stabil. "Tidak akan ada lagi cerita pemadaman listrik," kata Eniya.
Namun Eniya mengakui, mengembangkan energi terbarukan bukan persoalan gampang. Apalagi selama ini memang acap terjadi kesenjangan antara temuan teknologi dengan produksi massal oleh perusahaan. "Ya, selama ini memang masih ada gap," kata Eniya.
Apalagi, imbuhnya, penggunaan energi seperti minyak bumi dan batubara masih mendominasi. Padahal, di negara-negara seperti Jepang dan di kawasan Eropa, teknologi fuel cell ini terus dikembangkan. Di Jepang, "kota Hidrogen" telah lama dirintis di Fukuoka.
Meski demikian, teknologi fuel cell bukan berarti tanpa penerapan terkini. Eniya mengatakan, saat ini sejumlah menara telekomunikasi (BTS) sudah menggunakan teknologi fuel cell. Ini karena, BTS harus menggunakan listrik berdaya DC (arus searah).
"Kalau dari listrik PLN kan itu AC (arus dua arah), jadi harus digunakan inverter yang harganya malah lebih mahal," kata Eniya. Ia menambahkan, setidaknya teknologi fuel cell bisa digunakan sebagai back up energi konvensional.
Lantas, mengapa tertarik mengembangkan fuel cell? Eniya mengungkapkan, sejak duduk di bangku SMA, dirinya sudah tertarik menggeluti hal terkait pelestarian lingkungan. "Saya suka kegiatan daur ulang. Membuat kompos dari sampah misalnya," kata lulusan SMAN 1 Magelang (1992) itu.
Minat terhadap fuel cell tumbuh saat dia kuliah program sarjana di Waseda University, Jepang. Ia mendapatkan bea siswa program sarjana Science and Technology Advance Industrial Development (STAID) Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Di era BJ Habibie masih menjadi Menristek, bea siswa tersebut sangat bergengsi dan menjadi incaran banyak siswa SMA jurusan ilmu-ilmu eksakta kala itu.
Gelar S1 diraih pada 1998, dan melanjutkan Master pada 2000 dengan beasiswa Iwaki Glass Industry. Selama program doktor, Eniya mendapatkan fellowship sebagai Special Researcher of Young Scientist for the Promotion of Science dari Japan Science Technology. "Itu fellowship yang terunggul. Dengan bimbingan profesor saya, saya makin tertarik mengembangkan fuel cell," kata Eniya. (*)
Rabu, 06 Oktober 2010
Guru Pilih Kasih
Perbedaan kelakuan yang biasanya dirasakan para pelajar, kadang menimbulkan sikap sensitif kepada teman sendiri yang lebih diperhatikan. Wah, kasihan juga yang diperhatikan itu, jadi dianggap pengacau karena gara-gara si dia yang lainnya nggak diperhatikan.
Terkadang seorang guru tidak sadar dengan sikapnya yang di anggap tidak adil atau pilih kasih terhadap beberapa murid. Perhatian khusus pun sering tertuju kepada murid yang lebih menonjol. Entah karena si dia pintar, cantik, cakep, berprestasi, atau mungkin karena si dia anaknya ketua komite, anaknya guru, kepala sekolah, bahkan bisa jadi anak presiden.
Wah, kasus seperti ini bisa menimbulkan rasa iri hati yang mendalam. Bisa jadi murid lain di anak tirikan. "Secara pribadi, saya justru termotivasi. Soalnya saya akan berusaha membuktikan kalau saya juga layak diperhatikan, dan saya akan melakukan hal-hal yang disukai oleh guru tersebut," ujar Marina seorang siswi kelas X SMAN 1 saat di tanya pendapatnya mengenai guru-guru yang terkesan pilih kasih.
Motivasi mungkin saja bisa timbul saat kita merasa iri, terpikir untuk bisa bersaing secara sehat. Lain halnya dengan Ima yang juga merupakan siswi kelas X di SMAN 17, "wah, pastinya kesel dong! bakalan ngerasa iri sama murid-murid yang kelihatannya lebih di sayang. Kita kan sama-sama muridnya, kok malah ada yang lebih di sayang dari yang lain?"
Wajar ketika kita berada di ruang kelas dan seakan terasingkan saat pelajaran di mulai. Tanpa tegur sapa guru terhadap kita, bahkan kalau kita nggak ngerti soal pelajaran tetap saja didiamkan. Eh, si dia malah di tanya langsung sama guru, "masih ada yang belum di mengerti?" Seakan kita nggak bisa dengar dan ngeliat ada hal yang berbeda.
Entah berawal darimana sikap membeda-bedakan itu muncul. Sama-sama ke sekolah, sama-sama belajar, tapi, perlakuannya nggak sama. "Hal semacam itu nggak adil, bagaimana pun juga, guru harus memandang secara merata, dan nggak boleh ada istilah pilih kasih apa pun alansannya!" Jawab Isty siswi kelas XII IPA SMAN 21 saat di tanya soal sikapnya dalam menanggapi hal semacam ini. (m7)
Senin, 23 Agustus 2010
Download Buku BSE Bahasa Indonesia SD
Buku BSE Bahasa Indonesia SD Kls I
Buku BSE Bahasa Indonesia SD Kls II
Buku BSE Bahasa Indonesia SD Kls III
Buku BSE Bahasa Indonesia SD Kls IV
Buku BSE Bahasa Indonesia SD Kls V
Buku BSE Bahasa Indonesia SD Kls VI
Minggu, 22 Agustus 2010
Download Buku BSE Sosiologi SMA
Buku Sosiologi Kls XI
Buku Sosiologii Kls X
Download Buku BSE SD Matematika
Buku Matematika SD Kls V
Buku Matematika SD Kls VI
Buku Matematika SD Kls IV
Buku Matematika SD Kls III
Buku Matematika SD Kls II
Buku Matematika SD Kls I
Sabtu, 21 Agustus 2010
Download Buku BSE Matematika SMA
Buku Matematika Kls XI Bahasa
Buku Mahir Matematika Kls XII Bahasa
Buku Matematika KLs XI IPS
Buku Matematika Kls XII Bahasa
Buku Matematika Kls XI Bahasa Oleh Dian
Minggu, 15 Agustus 2010
Download Buku BSE Kimia SMA
Buku Kimia Kelas X
Buku Kimia Kelas XI
Buku Kimia Kelas XII
Jumat, 13 Agustus 2010
Download Buku BSE Geografi SMA
Buku Geografi Kelas X
Buku Geografi Kelas XI
Buku Geografi Kelas XII
Selasa, 10 Agustus 2010
Download Buku BSE Biologi SMA
Buku Biologi Kelas X
Buku Biologi Kelas XI
Buku Biologi Kelas XII
Minggu, 01 Agustus 2010
Download Buku BSE Bahasa Inggris SMA
Buku Bahasa Inggris Kls X
Buku Bahasa Inggris Kls XI Bahasa
Buku Bahasa Inggris Kls XII IPA
Download Buku BSE Fisika SMA
Buku Fisika SMA Kls X
Minggu, 25 Juli 2010
ICW Minta Ortu Murid dan Pelapor Korupsi Sekolah Dilindungi
Jakarta - Sekretaris Komite Pendidikan SMP 99, Yuslinarwati, diberhentikan. Sementara orang tua murid Dr Okky Sofyan cs dan pengurus SMP Induk TKBM Ade Pujiati, mendapatkan tekanan. Semua karena mereka mengusut korupsi Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
"Serangan balik yang dihadapi oleh orang tua murid dan pelapor kasus korupsi seharusnya tidak perlu terjadi," kata peneliti senior ICW Febri Hendri dalam rilis kepada detikcom, Minggu (25/7/2010).
Menurut Febri Hendri, serangan balik tersebut tidak dapat dilepaskan dari usaha mereka untuk mengkritisi dan membongkar kasus korupsi sekolah. Dr Okky Sofyan cs berusaha untuk membongkar kasus korupsi dana BOS, BOP, Block Grant dan komite sekolah di SDN RSBI 012 Pagi Rawamangun.
Ade Pujiati berusaha membongkar kasus korupsi di SMP Induk TKBM Jakarta. Yuslinarwati berusaha membongkar penggunaan dana sekolah dan komite sekolah di SMP 99 Jakarta.
"Tiga kelompok orang tua murid dan pelapor mempertanyakan pengelolaan dana sekolah anak-anak mereka," jelas dia.
Namun sayang bukan jawaban yang mereka dapatkan. Yuslinarwati diberhentikan. Dr Okky Sofyan cs akan dicabut KTP-nya sebagai warga DKI Jakarta atas usulan Kasie Dikdas Kecamatan Pulogadung. Sedangkan Ade Pujiati diminta mundur.
"Kami merekomendasikan Dinas Pendidikan DKI Jakarta memecat Kasie Dikdas Kecamatan Pulogadung karena telah memohon Gubernur untuk menghentikan status Dr Okky Sofyan cs sebagai warga DKI Jakarta," tegasnya.
ICW juga meminta Kemendiknas dan Disdik DKI Jakarta melibatkan orang tua murid terlibat dalam pengambilan keputusan sekolah. "Komnas HAM juga harus menyelidiki pelanggaran HAM yang terjadi terkait dengan serangan balik pada orang tua murid dan pelapor korupsi sekolah," tutupnya.
(fay/gun)
Kamis, 22 Juli 2010
Kumpulan Soal2 Matematika SMA Jurusan IPA
Matematika IPA Thn 1986
Matematika IPA Thn 1987
Matematika IPA Thn 1988
Matematika IPA Thn 1989
Matematika IPA Thn 1990
Matematika IPA Thn 1991
Matematika IPA Thn 1992
Matematika IPA Thn 1993
Matematika IPA Thn 1994
Matematika IPA Thn 1995
Matematika IPA Thn 1996
Matematika IPA Thn 1997
Matematika IPA Thn 1998
Matematika IPA Thn 1999
Matematika IPA Thn 2000
Matematika IPA Thn 2001
Matematika IPA Thn 2002
Matematika IPA Thn 2003
Matematika IPA Thn 2004
Matematika IPA Thn 2005
Matematika IPA Thn 2006
Matematika IPA Thn 2007
Matematika IPA Thn 2008
Matematika IPA Thn 2009
Matematika IPA Thn 2010
Matematika IPA RANGKUMAN
Rabu, 21 Juli 2010
Biaya Pendaftaran Universitas Lampung Sebesar Dua Tahun Gaji Staf
Jakarta - Anak saya yang bernama Nabilla Syafriani dengan nomor pendaftaran 310 34 09070101 mendaftar di Universitas Lampung Fakultas Kedokteran dan mengikuti tes SNMPTN di Bandung. Setelah pengumuman hasil seleksi ternyata anak saya diterima di universitas tersebut.
Namun, alangkah terkejutnya saya melihat biaya pendaftarannya sebesar Rp 62,419,000. Padahal waktu pendaftaran tidak ada ketentuan mengenai pembayaran. Hal ini bukan hanya dialami oleh saya sendiri. Tetapi, semua yang diterima di Fakultas Kedokteran tersebut. Alangkah kecewanya kami dan anak saya pun ikut stres.
Sebagai bahan perbandingan saja. Mahasiswa yang diterima di universitas negeri lainnya seperti Universitan Padjadjaran Bandung, Universitas Andalas Padang hanya membayar sekitar 6 sampai dengan 7 juta saja bagi yang diterima melalui tes masuk SNMPTN.
Cita-cita anak harus lebih baik dari orang tuanya ternyata hanya tinggal 'mimpi' bagi kalangan menengah bawah. Uang sebesar tersebut di atas indentik dengan 2 (dua) tahun gaji saya.
Wassalam,
Hormat saya
Syafril
Jl Kancra No 5 Bandung
Staf Politeknik Negeri Bandung
ndelec@bdg.centrin.net.id
Telp 022 7302069 HP 081572337149
(msh/msh)
Senin, 19 Juli 2010
Kalahkan 475 Pesaing, Vocalista Angels Juarai Festival Paduan Suara Anak Dunia
Jakarta - Lagu Indonesia Raya berkumandang di gedung China Convention and Exhibition Centre, Shaoxing, Senin (19/7/2010), mengiringi kemenangan paduan suara anak Vocalista Angels. Kemeriahan tampak memenuhi ruangan menyambut perolehan medali emas kontestan asal Indonesia tersebut di ajang festival paduan suara anak tingkat dunia itu.
Demikianlah suasana yang digambarkan oleh CA Tersierra Rosa, pemimpin rombongan Vocalista Angels, kelompok paduan suara anak asal Klaten, Jawa Tengah (Jateng), yang menjadi wakil Indonesia di festival internasional itu. Vocalista Angels merebut juara untuk kategori folklore dengan koreografi.
"Selain menjuarai dan meraih medali emas kategori folklore dengan koregrafi, mereka juga memperoleh medali emas untuk kategori paduan suara Anak-anak," ujar Tersierra Rosa atau yang akrab dipanggil Thea dalam rilis yang diterima detikcom, Selasa (20/7/2010).
Menurut Thea, pada kejuaraan kali ini, Vocalista Angels mengusung beberapa lagu daerah seperti "Montor-montor Cilik", "Romo Ono Maling," "Go Jago," dan lagu "Toki Tifa" dari Maluku. Selain itu, paduan suara yang berisi 27 anak-anak dari usai 8-18 tahun ini juga membawakan lagu-lagu asing yaitu "Las Ammarilas" dari Spanyol dan "Tola" dari Africa.
"VA yang dimotori oleh konduktor Yason Christy Pranowo tampil sangat memikat sehingga mendapatkan tepuk tangan yang sangat riuh di setiap penampilannya, bahkan standing applaus," ungkap Thea sambil menambahkan prestasi Vocalista Angels juga menjadikan Indonesia sebagai juara umum kedua di pentas paduan suara dunia ke-6 ini.
Didatangi Polisi
Vocalista Angels dilepas keberangkatannya oleh Wakil Presiden (Wapres) Boediono pada 12 Juli dan tiba di Shaoxing pada 13 Juli. Sesampainya di Shaoxing, anak-anak yang berasal dari keluarga menengah ke bawah itu langsung berlatih kembali sebelum festival dimulai.
Latihan dilakukan dengan cara menghibur masyarakat di sekitar taman Kota di dekat hotel mereka menginap. Paling sedikit mereka melakukan latihan 2 jam di taman atau pun tempat terbuka yang kadang-kadang didatangi Polisi setempat karena membuat keramaian di tempat umum.
"Meski akhirnya polisi ikut menikmati sajian nyanyian mereka. Ini disebabkan sulitnya untuk mendapatkan tempat latihan yang memadai," tutur Thea.
Kemenangan kelompok paduan suara Vocalista Angels juga sempat disertai dengan beberapa kendala. Misalnya, saat melakukan registrasi, nama Vocalista Angels tidak ada di dalam daftar panitia, sehingga official harus menghubungi penyelenggara yaitu Interkultur dan penyelenggara lokal.
"Namun patut diacungi jempol kepada pemerintah Cina yang bersungguh-sungguh mempersiapkan Kejauaran Dunia Paduan suara yang ke-6 ini karena bertepatan dengan ulang tahun ke-2500 tahun kota air Shaoxing," puji Thea.
Peringkat ke-41 Dunia
Sebelumnya, Vocalista Angels telah menjuarai berbagai kejuaraan paduan suara tingkat international antara lain pada World Choir Championship di Korea Selatan tahun 2009. Saat itu 2 medali emas berhasil disabet untuk kategori Anak-anak dan Folklore.
Untuk kategori paduan suara anak, sejak 2008 Vocalista Angels menempati urutan 17 dunia. Adapun untuk tingkat dunia, Indonesia berada pada urutan yang cukup bergengsi, yakni peringkat 41 dalam semua jenjang usia dan semua Jenis yang dilombakan (children choir, Youth choir, Chamber choir, Male Choir, Female choir, Mix choir, Jazz, Spiritual, dan Folklore).
Kini, lanjut Thea, kelompok paduan suara yang dipimpinnya akan berlatih untuk kejuaraan dunia paduan suara anak ke-7. "Ada dukungan dari pemda atau tidak, Vocalista Angels tetap berlatih untuk mempersiapkan Kejuaraan Dunia ke-7 di Ohio, Amerika Serikat," cetusnya.
(irw/nvc)
Senin, 05 Juli 2010
Gaji ke Tiga Belas vs Bea Siswa
Jakarta - Bulan Juni atau Juli 2010 sekarang ini ramai dibicarakan khususnya bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) seluruh Indonesia. Sebuah berkah yang diberikan pemerintah untuk memberi stimulus kepada para PNS yang mempunyai putera-puteri sehingga dapat meringankan biaya pendidikan bagi mereka.
Kebijakan ini tentunya sangat baik dan bermanfaat. Terutama bagi PNS golongan kecil. Namun, pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan dorongan finansial yang cukup lama. Tidak hanya dorongan sesaat sehingga masalah pendidikan bisa terselesaikan.
Terus bagaimana dengan kondisi rakyat kurang mampu di luar PNS? Padahal mereka juga mempunyai hak stimulus bagi pendidikan putera-puteri mereka.
Tentunya hak untuk mengenyam pendidikan adalah hak fundamental yang dimiliki oleh semua warga negara. Di tengah biaya pendidikan yang semakin mahal dari manakah rakyat kecil bisa mendapat biaya untuk pendidikan bagi anak-anak mereka? Sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh pemerintah dan sebuah tantangan untuk mengangkat harkat martabat bangsa melalui pendidikan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan adalah penopang kemajuan bangsa. Berbekal pendidikan telah menjadikan Singapura dan Malaysia beberapa langkah lebih maju dari Indonesia. Pada 1960 - 1970-an pendidikan di Indonesia memiliki level yang sama dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina. Namun, saat ini, kemajuan bangsa Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tersebut.
Di tahun itu, banyak warga negara mereka berbondong-bondong belajar di UI, IPB, ITB, dan universitas lainnya di Indonesia. Mereka mengalokasikan anggaran cukup besar melalui investasi pendidikan.
Dari berbagai data perbandingan antar negara dalam hal anggaran pendidikan yang diterbitkan UNESCO dan Bank Dunia Negara Indonesia dalam hal pembiayaan pendidikan memang terendah. Pada tahun 1992, menurut UNESCO, pada saat Pemerintah India menanggung pembiayaan pendidikan 89 persen dari keperluan, Indonesia hanya menyediakan 62,8 persen dari keperluan dana bagi penyelenggaraan pendidikan nasionalnya.
Zaman sudah berubah tentunya. Kita sebagai bangsa besar harus terus berbenah untuk mengejar ketertinggalan yang ada. Kita patut bersyukur permohonan yang diajukan Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Prof Dr Mohammad Surya yang meminta MK untuk mengabulkan pengujian UU APBN 2008 karena untuk anggaran pendidikan hanya sekitar 15,6 persen dari APBN. Sehingga, bertentangan UUD 1945 dikabulkan.
Majelis hakim MK mendorong agar semua daerah memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dalam APBD-nya, dan mencegah pengurangan terhadap makna Indonesia sebagai negara hukum. MK mengingatkan pembentuk UU untuk selambat-lambatnya dalam UU APBN Tahun Anggaran 2009 harus telah memenuhi kewajiban konstitusionalnya menyediakan anggaran sekurang-kurangnya 20 persen untuk pendidikan
Sebuah momentum langka semenjak Indonesia merdeka. Memang pendidikan tidak hanya berpangku pada masalah dana. Tapi, sedikitnya dana adalah sebuah keniscayaan untuk memberikan yang terbaik bagi pendidikan. APBN 20% tentunya harus dimanfaatkan sepenuhnya untuk mendorong warga negara mengenyam pendidikan.
Melalui Departemen Pendidikan Nasional mulai mendorong semua lapisan warga negara mengenyam pendidikan di dalam maupun luar negeri. Tidak tanggung-tanggung. Sebuah ide dan gagasan cerdas diluncurkan dengan membiayai warga negara yang berprestasi dalam bidang apa pun untuk mengenyam pendidikan layak melalui beasiswa unggulan.
Bea siswa yang dirancang oleh Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri benar-benar sebuah terobosan yang tidak membedakan lapisan masyarakat. Kadang kita terpaku arti berprestasi hanya pada nilai akademik. Namun, bea siswa ini berwawasan lain.
Setiap warga negara yang berprestasi dalam bidang apa pun adalah manusia unggul yang layak dihargai oleh negaranya. Di musim sekolah dan kuliah saat ini sebagai warga negara yang bukan PNS kita patut bersyukur karena subsidi pemerintah diberikan dalam berbagai cara.
Bea siswa adalah investasi jangka panjang seperti yang telah dilakukan oleh negara-negara tetangga kita. Tentunya bukan sekedar memberikan sekali seperti gaji ke-13 dan langsung habis tapi mempunyai efek luar biasa bagi peradapan Indonesia.
Intan Herwindra Millyaningrum S Pi
Penulis adalah alumni Universitas Diponegoro
Jln Sujono 75 RT 2 RW 1 Sukorejo
Email: intan_herwindra@yahoo.com
HP: 085640543332
Rabu, 23 Juni 2010
Dulu Sering Pingsan, Kini Jadi Inspirator Orang Lain
Aryanti Rosihan Yacub boleh berbangga. Berkat kegigihan dan ketekunannya, anaknya yang menderita down syndrome kini menjadi remaja berprestasi. Organisasi yang dia dirikan untuk mewadahi anak-anak down syndrome pun terus berkembang.
Minggu siang, 20 Juni, suasana di hal Plasa Senayan tampak meriah. Tiga puluhan anak berseragam biru merah berdiri di panggung, memainkan alat musik angklung. Beberapa lagu mereka mainkan. Dari Keroncong Kemayoran hingga lagu pop Nuansa Bening yang dipopulerkan kembali oleh penyanyi muda Vidi Aldiano.
Tepuk tangan ratusan penonton menyemangati penampilan anak-anak itu. Penonton terkagum-kagum karena permainan musiknya terdengar apik dan kompak. Padahal, yang memainkan anak-anak down syndrome, atau tunagrahita, atau biasa disebut keterbelakangan mental.
Di sisi panggung, seorang perempuan yang sejak awal tampak sibuk, mendapat ucapan selamat dari para penonton atas penampilan anak-anak itu. Dia adalah Aryanti Rosihan Yacub, ketua Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI), yayasan yang memayungi anak-anak penderita down syndrome.
"Saya benar-benar terharu dan bangga melihat penampilan anak-anak tadi," ujar Aryanti dengan wajah berseri saat disapa penulis.
Dia terharu dan bangga karena keterlibatannya dalam ISDI cukup membawa manfaat. Anak-anak down syndrome yang semula "tidak bisa apa-apa" kini punya aktivitas yang merangsang kreativitas.
Tetapi, perjuangan Aryanti mendirikan ISDI penuh cobaan. Dia harus jatuh bangun untuk menguatkan diri sebelum akhirnya eksis seperti sekarang.
Aryanti lalu menceritakan sejarah berdirinya ISDI. Ingatannya melayang pada 25 Februari 1990. Saat itu dia melahirkan putra ketiganya, Michael Rosihan Yacub. "Saat itu saya berusia 36 tahun. Ketika lahir, Michael seperti anak normal, tidak ada tanda-tanda khusus yang mengkhawatirkan. Dia mungil dan lucu," ujar perempuan 56 tahun itu lantas tersenyum.
Namun, menginjak usia 1 tahun, Michael mulai menunjukkan gejala aneh. "Kalau merangkak, Michael seperti ngesot. Kata teman saya yang tahu brain gym, anak yang normal tidak seperti itu. Dia bilang, mungkin ada kelainan dalam diri Michael," katanya.
Untuk memastikan, Aryanti memeriksakan Michael ke dokter. "Saat hasil tes menyatakan Michael positif menderita down syndrome, saya langsung stres, kalut, bingung. Saya juga menjadi sering pingsan tiba-tiba," ujarnya.
Down syndrome adalah kelainan kromosom yang terjadi pada anak sehingga memiliki kelemahan dalam kecerdasan. Ciri yang biasa terlihat adalah wajah yang disebut "mongoloid". Selain itu, anak-anak down syndrome memiliki otot-otot tubuh yang lemah.
Setelah mendapati kenyataan itu, hari-hari Aryanti lebih banyak dilalui untuk merawat Michael. "Saya bersyukur, keluarga bisa memahami kondisi yang terjadi. Orang-orang juga memberikan nasihat bahwa Michael adalah anugerah Allah," katanya.
Lambat laun mental Aryanti makin siap menghadapi cobaan itu. Dia juga berpikir bahwa yang membutuhkan bantuan adalah Michael, bukan dirinya yang sesungguhnya tidak apa-apa. "Dari situlah akhirnya saya bisa mulai menerima kenyataan dengan sepenuh hati," urainya.
Aryanti kemudian memasukkan Michael ke Sekolah Luar Biasa (SLB) C Tuna Grahita di Kemayoran, Jakarta. Dari sekolah itulah kemudian muncul ide untuk mendirikan sebuah perkumpulan bagi anak-anak penderita down syndrome. Tujuannya, menampung dan memberikan bekal hidup bagi anak-anak itu setelah lulus SLB. Akhirnya, pada 21 April 1999, terbentuklah ISDI.
Hingga kini, tercatat ada 250-an anak down syndrome yang terdaftar sebagai anggota ISDI. "Terbanyak dari Jakarta. Kota-kota lain juga ada. Bahkan, ada yang dari Papua," sebutnya.
Menurut Aryanti, ISDI diarahkan untuk menjadi wadah bagi para orang tua yang memiliki anak down syndrome untuk berbagi cerita, berbagi pengalaman, dan saling menguatkan. Sebab, banyak orang tua yang bingung memperlakukan anak-anaknya yang mengalami kelainan itu.
"Apalagi, saat itu informasi mengenai down syndrome juga masih minim. Orang tua menjadi bingung dan takut. Akibatnya, anak-anak down syndrome lebih banyak terisolasi karena sering diejek," kenangnya.
Karena itulah, ISDI kemudian diniatkan untuk menjadi wadah bagi para orang tua dan anak-anak down syndrome untuk menemukan komunitas berbagi dan bercerita. Bahkan, sejak Oktober 2009, ISDI memiliki Center of Hope di kawasan Sunter, Jakarta Utara.
"Di Center of Hope, anak-anak bisa saling berinteraksi. Kami mengajarkan berbagai keterampilan hidup, mulai yang simpel seperti bagaimana ke kamar mandi, bagaimana membeli barang kebutuhan sehari-hari, hingga keterampilan khusus seperti membuat kue, menggambar, olahraga, dan bermain musik," ceritanya.
Aryanti mengatakan, dengan IQ yang rata-rata 35, anak-anak down syndrome memang membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar. Misalnya, untuk bisa bermain angklung, mereka memerlukan waktu lebih dari 3 tahun. Meski begitu, pencapaian itu merupakan prestasi yang menggembirakan.
Di kalangan komunitas orang tua yang memiliki anak down syndrome, Aryanti kini banyak memberikan inspirasi. Itu tak lain karena kegigihannya merawat Michael yang kini berusia 20 tahun. Berkat ketekunannya itu, Michael tumbuh menjadi remaja berprestasi.
Pada 2001–2003, Michael merebut medali emas pada lomba lari 100 meter dalam Pekan Olahraga Penyandang Cacat Daerah (porcada) Tingkat DKI. Pada 2003, Michael mengikuti Special Olympics World Summer Games XI di Dublin, Irlandia. Hasilnya, dia meraih medali emas pada lomba lari 50 meter.
Pada 2005, Michael mendapat medali emas di berbagai kompetisi renang. Dia juga beberapa kali mengikuti kejuaraan golf. Dan, pada 2006, Michael merebut posisi lima besar kompetisi golf yang diadakan Down Syndrome Association Singapura.
Yang terbaru, awal 2010, Michael mendapat penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) sebagai pegolf penyandang down syndrome satu-satunya di Asia. "Saya sangat bangga dengan putra saya itu," komentar Aryanti.
Minggu lalu Michael ikut tampil dalam pentas angklung di Plasa Senayan. Dia tampak ceria dan terus bergerak ke sana kemari. Tapi, begitu ditanya bagaimana kabarnya, Michael menjawab dengan kalimat terputus-putus. "Baik, baik," jawabnya sambil terus tersenyum.
Michael tampak tambah bersemangat saat ditanya tentang rencana keikutsertaannya dalam pekan olahraga nasional (pornas) khusus pada akhir Juni nanti. "Ya, nanti ikut renang. Saya bisa renang (gaya) bebas, punggung, katak," katanya terputus-putus.
Salah seorang yang terinspirasi dengan ketekunan Aryanti adalah Nashita Nio. Ibu yang akrab disapa Bu Wawa itu juga memiliki anak down syndrome. "Anak saya kini berusia 21 tahun. Namanya Eko. Dia anak pertama saya," ujar Humas ISDI itu.
Wawa mengakui, sejak kecil dirinya lebih banyak menjaga Eko di rumah. Padahal, seharusnya sejak dini anak down syndrome harus mulai distimulasi, dilatih secara khusus. Sebab, semakin dini diajari semakin bagus perkembangan jiwanya.
"Itulah kesalahan saya. Dulu saya tidak tahu. Kini dengan aktif di ISDI saya terus bisa berbagi pengalaman. Saya berharap, kesalahan saya tidak dilakukan orang tua yang lain," tuturnya.
Dengan berbagai pelatihan yang dilakukan, Wawa dengan bangga menyatakan bahwa anaknya kini sudah terampil memainkan dram. Bahkan, Eko bisa memainkan keyboard dan menghafal 40 lagu. "Hal-hal seperti itu membuat takjub para orang tua," ujarnya.
Karena itu, dia mengajak orang tua yang memiliki anak down syndrome untuk tidak menyerah. "Silakan bergabung di sini (ISDI). Kita bisa saling berbagi pengalaman dan saling membantu," tandas Wawa. (*)
Senin, 26 April 2010
Potret Pasca Kelulusan Dikalangan Siswa SMA
Setiap tahun ada siswa yang dinyatakan lulus UAN, ada pula yang tidak lulus. Yang paling populer dikalangan siswa adalah ketika mereka dinyatakan lulus, luapan rasa bangga dan kebahagiaan itu diwarnai dengan aksi coret-coretan baju sekolah. Hal ini telah membudaya dikalangan anak sekolah, meluapkan rasa gembira dengan mencoret seragam sekolah mereka yang sebenarnya masih bisa digunakan.
Hampir sebagian besar siswa di Indonesia, melakukan ini dan menjadikannya sebagai tradisi turun-temurun. Bila diperhatikan lebih jauh, dan dipikirkan secara rasional, semestinya hal semacam ini tidak perlu dilakukan, karena dapat menimbulkan kerugian. Mengapa saya katakan menimbulkan kerugian? Saya punya alasannya, jika seragam sekolah dirusak hanya karena luapan kegembiraan, itu bukan bukan alasan, karena pakaian seragam sekolah adalah simbol siswa dan lembaga pendidikan, mencoret seraan sekolah sama saja mencoret nama baik sekolah, karena sekolah kebanggaannya tertulis disetiap seragam siswa, setiap siswa adalah orang terpelajar, karena itu mencoret seragam sekolah hingga merusaknya bukan contoh prilaku sebagai orang pelajar melaimkan preman, secara finansial, meski mampu membelinya tetapi juga tetap merigikan, karena biaya pakaian, dan jahitannya cukup mahal.
Tidak hanya itu, tindakan aksi mencoret seragam sekolah adalah tindakan yang tidak manusiawi, dan cenderung mengarah kearah negatif, karena bisa saja menimbulkan efek yang tidak sesuai norma seorang terdidik. Saya melihat kejadian ini didaerah saya sendiri, ketika siswa dibeberapa sekolah dinyatakan lulus, maka siswa yang lulus ini melakukan aksi coret seragam sekolah, ditambah lagi aksi lempar minyak oli dan sebagainya yang dapat mengotori seragam sekolah.
Hal ini merupakan tindakan yang sama sekali tidak mencerminkan bahwa mereka yang lulus itu adalah orang yang memiliki prestasi dalam bidang akhlak. Kebiasaana ini menunjukkan akan ada bibit premanisme baru dalam lingkungan pergaulan remaja, mengapa saya katakan menjunjukkan akan adanya bibit premanisme? Kadang tanpa tidak disadari, aksi coret-ocretan dapat merambat ke aksi konfoi yang mengganggu pengguna jalan, dan memancing bentrok antar pengguna jalan, jika ini dibiarkan maka secara pasti menimbulkan perkelahian dan merusak arus lalu lintas.
Tidak hanya itu, saya baru saja menyaksikan aksi kelulusan, beberapa siswa berkumpul disetiap perempatan, mereka melempari kotoran, bahan bakar oli dan solar, air selokan, telur busuk, kepada siswa yang melewati tempat mereka. Hal ini sempat mengundang amarah pengguna jalan, karena ketika salah seorang siswa melintas dihadapan mereka, siswa yang ada diperempatan itu melemparkan berbagai macam bahan yang telah mereka siapkan.
AKibatnya, bukan teman mereka yang dilempari, melainkan pengendara beroda empat, kotoran mengenai badan mobil pengendara, air selokan, telur busuk, mengenai pengemudi, dan oli/solar menegenai ban mobil. AKibat kejadian ini, pemilik mobil naik pitam, turun dari mobil dan langsung melampiaskan kemarahannya kepada siswa yang berkumpul diperempatan itu.
Aksi anarkis pun terjadi, pengemudi mobil turun dan menampar keras anak-anak itu, bahkan tak tanggung-tanggung pemilik mobil itu melayangkan bogem mentahnya kepada salah seorang siswa yang dianggap memimpin aksi mereka. Sehingga siswa itu pun berlalu pergi meninggalkan lokasi perempatan sebelum warga sekitar berkumpul dan hendak mengusir mereka.
Ini sungguh melanggar kebenaran dan pendidkan yang diajarkan disekolah, bahwa siswa pada akhirnya menjadi buruk prilaku, hanya karena terlalu gembira karena dinyatakan lulus.
Pikirkan kembali apakah kelulusan itu diraih dengan perjuangan yang baik? Jika benar, untuk apa harus merusak corak almamater itu sendiri. Sekalipun bukan lagi sebagai siswa, tapi paling tidak tetap menghargai lembaga yang meluluskan Anda.
Daripada dirusak, dicoret, dilumuri berbagai macam partikel yang menodai kwalitas pakaian almamater Anda, baiknya berikanlah kepada mereka yang membutuhkan. Itu akan membuat Anda menjadi anak yang lebih baik.
Sabtu, 27 Maret 2010
Foto Steve Jobs dan CEO Google Tuai Spekulasi
Foto yang menggambarkan 2 dedengkot teknologi Steve Jobs dan Eric Schmidt, CEO Google sedang 'berduaan', menuai banyak tanda tanya setelah beredar di internet. Apa yang mereka lakukan?
Foto keduanya tertangkap kamera seorang fotografer amatir. Foto tersebut kemudian dikirim ke salah satu media teknologi, Gizmodo. Terlihat dalam gambar, pendiri Apple, Steve Jobs sedang berbincang dengan Eric Schmidt di sebuah kedai kopi di Palo Alto, California.
Tentu saja rekam visual tersebut menuai banyak pertanyaan, salah satunya ialah mengenai apa yang mereka bicarakan di sana. Dikutip detikINET dari The Register, Minggu (28/3/2010), sebuah laporan mengatakan bahwa Schimdt lebih banyak diam dan mendengarkan Jobs yang mendominasi perbincangan.
"Mereka akan segera melihat semuanya, jadi siapa yang peduli tentang bagaimana cara mendapatkannya?" demikian pertanyaan yang sempat keluar dari mulut Jobs.
Dan inilah pertanyaan besarnya, siapakah yang dimaksud dengan 'mereka' dan merujuk pada apakah 'nya' (mendapatkannya) itu?. Apakah 'mereka' mengarah pada konsumen? Kedua sosok itu tentu saja menarik perhatian publik mengingat mereka sempat diberitakan tidak akur akibat kemunculan ponsel berbasis Android dari Google.
Sayang sekali, saat kerumunan mulai terjadi di tempat pertemuan Jobs-Schmidt, merekapun beranjak dari situ, meninggalkan pertanyaan yang belum terjawab. "Mari kita pergi ke tempat yang lebih private untuk membicarakan ini," tandas Jobs. ( sha / faw )
Selasa, 23 Maret 2010
Guru SMP di Jeneponto Tusuk Mata Muridnya
Tribun - Nahas nian nasib M Khadapi (12). Pelajar SMP Tamalatea, Jeneponto, ini terpaksa menjalani perawatan intensif RS Bhayangkara, Mappaouddang, Makassar, setelah mata kirinya ditusuk kayu. Penusuknya diduga gurunya sendiri, Hs (57).
Sampai ini Khadapi masih terbaring di kamar 13, Ruangan Elang, RS Mappaouddang. Perban menempel di mata kirinya yang dinyatakan rusak akibat tusukan. Sementara Hs harus menjalani pemeriksaan polisi akibat tindakannya itu.
Peristiwa terjadi pada Selasa (23/3). Kasus ini berawal saat korban bermain bola yang terbuat dari kertas di kelasnya bersama empat rekannya pada jam istrihat, sekitar pukul 11.00 wita, Senin (22/3) lalu.
Empat rekan korban itu adalah Wawan, Fajrin, Riswan, dan Nadi. Tak berselang lama, Hs yang juga istri dari Kepala SMP Tamalatea, BK, masuk ke dalam kelas dan marah akibat tindakan lima siswa itu. Ia pun menghukum mereka.
"Kami berlima ditempeleng. Setelah itu kepala saya dibenturkan ke papan tulis," jelas Khadapi yang didampingi sejumlah keluarganya di RS. Hs lalu mengambil kayu dan memukulkannya ke tubuh lima siswa yang dianggap nakal ini.
"Saya menangkis pukulannya Pak. Dia (Hs) lalu menusuk mata saya dengan kayu asam. Setelah itu saya tidak ingat apa-apa lagi," kata Khadapi dengan sesekali memegang matanya akibat rasa nyeri.
Setelah siuman, korban langsung pulang ke rumahnya di Jl Lanto Dg Pasewang, Taman Roya Utara. Samsiar (42), ibu kandung korban, yang mendapati anaknya pulang lebih awal kemudian menegurnya. Khadapi menjawab teguran itu dengan erangan kesakitan.
Samsiar terkejut mendapati luka serius di mata kiri anaknya. "Mata saya ditusuk guru," ujar Samsiar meniru ucapan anaknya sesaat setelah kejadian. Tak lama kemudian Samsiar pun melapor di Polsek Tamalatea.
Usai melapor, Samsiarpun melarikan anaknya di ke Medical Center di Jl Ratulangi Makassar. "Menurut dokter di sana, anak ini harus menjalani opname, dan setelah itu kami dirujuk ke RS Bhayangkara," Lanjut Sasiar.
Korban juga mengatakan beberapa saat setelah kejadian, mata kirinya sudah tidak bisa difungsikan lagi. "Semuanya hitam Pak, saya tidak bisa melihat lagi kalau mata kanan saya ditutup," jelasnya.(ali)
Kamis, 11 Maret 2010
Jangan Panik Jika Anak Belum Bisa Membaca
Jakarta, Orangtua sering khawatir jika melihat buah hatinya belum mahir membaca meskipun sudah masuk sekolah taman kanak-kanak. Jangan panik dulu karena belajar membaca adalah proses yang membutuhkan waktu bertahun-tahun. Kenali tahapan dasar anak belajar membaca.
Setiap anak memiliki kecepatan membaca yang berbeda-beda, karena membaca adalah sebuah keterampilan yang diasah melalui beberapa tahapan dan proses yang berkelanjutan.
Kemampuan membaca juga bisa mempengaruhi kemampuannya menulis karena itu orangtua dan guru harus memahami bahwa kemampuan membaca dan menulis membutuhkan sebuah proses.
Seperti dikutip dari Babycenter, Jumat (12/3/2010) ada empat tahapan yang biasa dilalui anak-anak dalam proses belajar membacanya, yaitu:
Tahapan anak pra-membaca
- Anak suka memainkan buku seperti layaknya mainan lain dan belum mengerti bahwa buku tersebut mengandung cerita.
- Tertarik dengan warna-warna cerah dan ilustrasi yang ditemukan dalam buku tersebut, tapi tidak memahami bahwa gambar tersebut mengandung cerita.
- Anak suka mendengarkan cerita yang dibacakan oleh orang lain sambil melihat gambar-gambar di buku.
- Belum dapat mengidentifikasi kata-kata atau huruf yang ada di dalam buku.
- Tahapan ini terjadi pada anak usia 2-4 tahun.
Tahapan anak mulai membaca
- Anak sudah dapat mengenal setiap huruf yang ada, tapi belum terlalu mahir merangkainya menjadi satu kata.
- Membutuhkan gambar pada setiap halaman untuk membantunya bercerita.
- Menghapal isi buku cerita dan mencoba untuk membacanya lagi dan lagi.
- Membaca dengan suara yang keras tapi tidak menunjukkan ekspresi serta tidak berhenti untuk tanda baca tertentu.
- Tahapan ini terjadi pada anak usia 4-6 tahun.
Tahapan intermediate (menengah) membaca
- Menggunakan gambar sebagai petunjuk dari sisa-sisa kalimat untuk memahami cerita.
- Membacanya sudah lancar dan hanya ditemukan beberapa kesalahan saja.
- Dapat menjawab pertanyaan sederhana berdasarkan cerita tersebut.
- Membaca dengan keras dan terkadang ekspresif serta memiliki jeda untuk beberapa tanda baca yang ada.
- Tahapan ini terjadi pada anak usia 6-8 tahun.
Tahapan mahir membaca
- Dapat membaca dengan lancar dan memahami sebagian besar atau keseluruhan cerita.
- Dapat menikmati sebuah buku meskipun tanpa ada gambar.
- Dapat menjawab berbagai pertanyaan mengenai materi atau perasaan dan pikiran tokoh cerita.
- Dibaca dengan suara keras dan penuh eskpresif serta memahami penuh segala bentuk tanda baca.
- Tahapan ini terjadi pada anak usia 8 tahun ke atas.
Senin, 22 Februari 2010
Psikolog: Efektif Bila Diberikan Sanksi yang Mendidik
Dirazianya pelajar yang mengenakan seragam sekolah di warnet-warnet oleh Satpol PP dan Dinas Pendidikan Kota Bandung dinilai psikolog Teddy Hidayat sebagai suatu langkah tepat. Namun dengan catatan penyelenggara razia harus menetapkan sanksi yang mendidik bagi mereka yang terjaring.
"Saya setuju dengan razia ini. Karena mereka seharusnya ada di sekolah pada saat jam sekolah," jelas Teddy saat berbincang dengan detikbandung melalui ponselnya, Senin (22/2/2010).
Tetapi, kata Teddy, razia tersebut harus ditindaklanjuti dengan sanksi yang mendidik. Contohnya, tutur dia, seperti kerja bakti di sekolah selama satu minggu. Atau membersihkan WC selama satu jam setiap pulang sekolah.
"Jadi ada sanksi sosialnya. Bukan sekadar razia saja dan setelah itu datanya diserahkan ke sekolah," tutur Teddy.
Teddy juga menekankan jika razia ini bertujuan untuk menegakkan kedisiplinan para pelajar, Satpol PP dan Disdik harus konsisten dan tidak pilih-pilih.
"Kalau memang untuk penegakan disiplin, tentu pihak-pihak terkait harus konsisten dan tidak pilih-pilih. Entah itu warnetnya atau siswanya ya kalau memang salah tindakannya harus tegas," terangnya.
Ia menambahkan, tempat mengakses internet yang paling ideal bagi para pelajar adalah sekolah. "Sekolah harusnya menyediakan. Guru jelas bisa menjadi pengawas dan tidak lagi was-was siswanya mengakses situs yang tidak baik," imbuhnya
Namun begitu, Teddy tidak mengelak jika banyak pelajar yang menjadikan warnet sebagai tujuan ketika pulang sekolah. Secara psikologis hal tersebut wajar. Sebab, tambah Teddy, pelajar butuh mencari informasi.
"Di rumah belum tentu ada internet. Nah, di sini siswa harus ditanamkan kedisiplinan dalam menggunakan internet. Kapan dia bisa mengakses situs yang sifatnya hiburan atau kapan dia harus menggunakan internet seefektif mungkin. Semisal untuk mencari materi tugasnya," tuturnya.
(dip/bbn)
Kamis, 11 Februari 2010
Guru Melacur Demi Siswa Sekolahnya
ini dia ceritanya
tinggal di desa kecil di propinsi Gan Shu. Awalnya dia bukan pelacur. Setiap penduduk di desa tersebut tidak mengerti kenapa seorang gadis secantik Xia yang mempunya paras tubuh yang indah dan rupa yang menawan tidak melakukan seperti gadis gadis lain nya.
Photo for Kisah Guru Yang Paling Mulia
Karena Xia menolak akan hal ini, ayah nya Xia selalu menghukum dia.Suatu hari Xia mendengar bahwa sebuah sekolah di desa membutuhkan jasa seorang guru Xia langsung dengan sukarela menjadi seorang guru dengan tanpa imbalan.
Xia berjalan lebih dari 10 kilo untuk ke kantor sang walikota setelah sampai, Xia duduk di depan kantor yang bagus di ruangan sang walikota. Setiba nya di kantor, sang walikota menyambut kedatangan Xia dengan sepasang mata pemburu yang haus akan Xia dan mununjukan tangannya ke sebuah ruangan dan mengatakan “Uang kamu ada di kamar tersebut… kalau kamu mau, kamu ikuti aku” Xia melihat sebuah ruangan dengan ranjang yang besar, ranjang tersebut lah yang telah merenggut keperawanan Xia, Sang walikota telah memperkosa Xia. Darah segar dari keperawannan nya telah meninggalkan bekas dan jejak di sprei darah merah tersebut menjadi lebih merah daripada warna bendera national China. Xia tidak menangis sedikit pun yang ada di pikiran nya adalah berpuluh puluh mata murid murid nya yang akan kecewa kalo tidak ada kelas buat mereka belajar.
Setelah itu Xia bergegas balik ke rumah yang gelap dan tidak memberi tahu kepada seorang pun tentang kejadian tersebut. Hari berikutnya, para penduduk membeli kayu dan membetulkan kondisi kelas. Akan tetapi kala ada hujan yang deras, kelas tersebut tetap tidak bisa di gunakan. Xia mengatakan kepada murid muridnya bahwa walikota akan membangun sebuah sekolah yang bagus buat mereka. Dalam kurang lebih 6 bulan, kepala sekolah mengunjungi walikota 10x akan tetapi tetep tidak diberikan dana yang dijanjikan kepada mereka. Hanya walikota lah yang tau apa yang telah terjadi pada Xia akan tetapi tidak bisa berbuat banyak tentang itu.
Pada saat semester baru berganti, banyak murid yang tidak bisa melanjutkan sekolah nya karena biaya dan mereka harus membantu orang tua nya untuk bekerja… Jumlah murid nya berkurang dan bekurang. Xia sangat sedih akan kondisi seperti itu. Ketika Xia mengetahui bahwa harapan murid muridnya telah hilang bagaikan asap. Dia lalu kembali ke kamarnya. Xia membuka bajunya, dan melihat tubuh telanjangnya di depan cermin. Xia bersumpah akan memakai tubuhnya yang indah untuk mewujudkan impian dari murid muridnya untuk bisa kembali sekolah… Xia tau semua gadis dari desa bekerja sebagai pelacur di kota untuk mencari uang dan itu cara yang gampang untuk dia untuk mendapatkan uang. Dia membersihkan dirinya dan mengucapakan selamat tingal kepada kepala sekolah, ayah dan sekolah…
Dia mengikat rambut nya dengan kuncir dua dan berjalan menuju kota. Ketika dia berangkat ke kota, ayahnya tersenyum bangga akan tetapi kepala sekolah menangis sedih akan pilihan yang Xia lakukan….Di dalam glamor kehidupan kota, Xia tidak senang sama sekali dia menderita, dalam benak pikirannya, hanya ada sebuah kelas yang hancur dan keprihatian dan kesedihan dan kekecewaan expressi dari murid muridnya…. Xia masuk ke buat salon, berbaring di ranjang yang kotor dan menderita kerja kotor yang kedua di dunia percabulan… Malam itu di dalam diary nya Xia menulis “Sang walikota tidak bisa di bandingakan dengan tamu pertama nya lebih parah dan lebih kejam akan tetapi paling tidak tamu nya telah membayar dan memberi uang”
Xia mengirimkan semua uang penghasilannya kepada kepala sekolah dengan mengirit irit biaya untuk hidup nya dengan harapan bisa mengirim lebih banyak lagi ke kepala sekolah. Sang kepala sekolah menerima uang tersebut dan mengikuti untuk menggunakan uang utk membangun sekolah… Ketika setiap orang yang menanyakan sumber uang tersebut, sang kepala sekolah hanya menjawab bahwa di dapat dari donasi dari organisasi social. Akan tetapi seiring waktu, penduduk mengetahui bahwa sumber dana dari seorang mantan guru yang bernama Xia. Banyak reporters yang ingin meliputi berita ini akan tetapi di tolak oleh Xia dengan alasan bahwa dia hanya seorang pelacur biasa.Dengan uang tersebut, sekolah telah berubah drastis…Bulan pertama, ada papan tulis baru…Bulan ke dua, ada bangku kayu dan bangku…Bulan ke tiga, setiap murid mempunyai buku masing masing. Bulan ke empat, setiap murid mempunya dasi masing masing. Bulan ke lima, tidak ada seorang murid pun yang datang ke sekolah tanpa alas kaki.
Bulan ke enam, Xia kembali mengunjungi sekolah Xia disambut dengan gembira dan para murid menyapa”Guru, kamu telah kembali guru, kamu cantik sekali”Melihat kegembiraan dari para murid muridnya, Xia tidak berkuasa untuk menangis,Tidak peduli berapa banyak air mata yang di teteskan nya dan berapa banyak derita, keluh kesan dan kisah sedih yang dia lalui dalam 6 bulan, Xia merasakan semua kisah sedih dan penderitannya itu sangat seimbang dan pantas untuk harga yang dia bayar untuk melihat apa yang Xia lihat saat itu. Setelah beberapa hari di rumah, Xia kembali ke kota. Pada bulan ke tujuh, sekolah telah mempunyai lapangan bermain yang baru. Pada bulan ke delapan, sekolah membangun lapangan basket…pada bulan ke sembilan, setiap murid mempunya pensil yang baru. Pada bulan ke 10, sekolah mempunya bendera nasional sendiri, setiap murid bisa menaikan bendera setiap hari nya.
Hingga suatu waktu Xia dikenalkan kepada seorang businessman. Sang pengusaha luar asing bersedia membayar 3000 rmb buat satu malam. Dengan pikiran yang lelah yang telah dia lalui bbrp tahun lalu, Xia dengan lelah menuju hotel sang pengusaha asing. Dia bersumpah bahwa itu adalah pekerjaan kotor yang terakhir bagi dia dan setelah itu dia akan kembali ke desa dan bersama sama murid muridnya di sekolah. Akan tetapi nasib berkata lain sungguh tragis telah terjadi malam itu dimana Xia bersumpah untuk terakhir kali nya, Xia di diperkosa dan di siksa hingga terbunuh oleh 3 pengusaha asing tersebut. Xia baru saja bertambah umur nya menjadi umur 21 tahun. Xia saat itu juga meninggal tanpa mencapai keinginan yang terakhir, yaitu untuk membangun satu kelas bagus dengan 2 komputer yang bisa digunakan oleh murid murid.
Seorang pelacur telah meninggal dunia… keheningan yang di penuhi air mata. Saat itu langit kota ShenZen masih berwarna biru seperti lautan. Para murid2, guru2 dan beberapa ratus penduduk menghadiri acara pemakaman Xia di desa kecil bernama “GanShu” Pada saat itu, semua hanya bisa melihat foto hitam putih dari Xia dalam foto itu Xia mengikat rambut nya 2 dengan senyuman bahagia… Kepala sekolah membuka diary Xia dan membacakanya di depan para murid murid nya dan Xia menulis “Sekali melacur, bisa membantu satu anak yang tidak bisa sekolah. Sekali menjadi wanita simpanan, bisa membangun sebuah sekolah yang telah hilang harapan. Bendera setengah tiang dikibarkan.
Pelajar Yang melakukan perbuatan Mesum di Kelas di Depan Temannya
SAMARINDA,— Sebanyak 14 pelajar Madrasah Tsanawiah Model Samarinda, Kalimantan Timur, dipecat akibat berbuat mesum di dalam kelas. Informasi yang berhasil dihimpun menunjukkan bahwa terbongkarnya kasus itu bermula dari laporan kepada seorang guru yang menyebut adanya perbuatan mesum sejumlah pelajar MTsN Model di Samarinda itu.
Pada minggu pertama dan kedua Februari 2010, MTsN Samarinda itu kemudian membentuk tim khusus untuk menyelidiki kebenaran informasi tersebut.
Tim kemudian memantau dengan cara meninggalkan ruang kelas dan melarang pelajar keluar dari ruangan.
Hasilnya, mereka menemukan 14 pelajar, yang terdiri dari 7 pelajar putri dan 7 pelajar putra mulai kelas I hingga kelas III, melakukan perbuatan tak senonoh di dalam kelas.
"Mereka kedapatan melakukan perbuatan mesum di dalam kelas pada jam istrahat atau di belakang gedung sekolah. Bahkan ada yang melakukannya di hadapan pelajar lain," ujar seorang pelajar kelas III MTsN Model Samarinda, Sidiq Irjali.
Pelajar MTsN Model Samarinda lainnya, Hariyadi, mengaku malu dengan kejadian tersebut.
"Kami sudah lama mendengar informasi itu, bahkan di sekolah isu tersebut sudah menyebar. Selain melakukan perbuatan tak senonoh seperti berpeluk-pelukan di dalam kelas dan di areal sekolah, di antara mereka yang dikeluarkan itu juga sering merokok," kata Hariyadi.
Kamis, 28 Januari 2010
Ujian Nasional Untungkan Lembaga Bimbel
Ketua Pokja Komisi X PDI Perjuangan Hery Akmadi mengatakan, keputusan pemerintah untuk menjadikan UN sebagai salah satu faktor penentu kelulusan, membuat orang tua siswa berlomba-lomba memasukkan anaknya ke lembaga bimbel.
"Hampir semua orang tua siswa saat ini resah karena khawatir anaknya tidak lulus. Karena hanya ingin mengejar lulus UN itu, orientasi siswa berubah dari mencari ilmu menjadi yang penting lulus UN," kata Herry saat menggelar konferensi pers di DPR, Rabu 27 Januari.
Bila kondisi ini berlanjut dikhawatirkan akan terjadi ketimpangan pendidikan antara orang miskin dan kaya. "Maka yang akan lulus nantinya hanyalah anak-anak orang kaya, yang bisa bayar bimbel. Sementara masyarakat miskin akan kesulitan," sebutnya.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan lainnya Deddy Gumelar menyatakan, pemerintah harus membuat formulasi baru terkait syarat kelulusan. "Saat ini pemerintah mensyaratkan, siswa harus lulus UN dan UAS (Ujian Akhir Sekolah). Menurut kami, syarat ini sangat memberatkan," kata Dedy.
Mi'ing, sapaan akrabnya meminta agar pemerintah membuat rumus baru yang di dalamnya juga memasukkan angka semester I, semester II, UN, dan UAS. Fraksi PDIP Perjuangan mengaku menyarankan untuk kembali ke rumus kelulusan lama, yakni:
P+Q+NR
------------ = X
2 + N
Namun, rumus ini ditolak mendiknas dengan alasan akan memberi kelonggaran kepada sekolah untuk meluluskan siswanya. "Sangat mengkhawatirkan karena Diknas tidak percaya dengan lembaga yang ada di bawahnya," tegas Dedy.
Puti Guntur Soekarno, anggota komisi X dari Fraksi PDI Perjuangan menambahkan, model evaluasi UN seperti saat ini harus dihentikan agar tidak terjadi lagi keresahan berkepanjangan. Sekaligus mengakhiri polemik politik antara pemerintah dan DPR, serta memastikan dunia pendidikan tetap ilmiah dan akademis dengan tidak masuk dalam ranah hukum dan politik.
"Dengan dasar ini kami menolak UN 2010, jika pemerintah menjadikan UN sebagai satu-satunya penentu kelulusan dan pemerintah bersikeras tidak menjalankan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat," tegas Puti. (mba/fmc)